Krisis Likuiditas Memacu Harga Komoditas



JAKARTA. Setelah sempat terpuruk selama beberapa waktu terakhir, harga komoditas dunia kembali bergerak naik. Krisis pasar finansial yang melanda dunia menyebabkan para pelaku pasar kembali melirik komoditas sebagai sarana investasi yang aman alias safe haven.

Kemarin, sampai pukul 21.04 WIB, harga minyak jenis light sweet di pasar Nymex Energy Futures dilego di harga US$ 99,10 per barel. Malah, sebelumnya minyak sempat menyentuh harga US$ 102,24 per barel.

Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di Malaysian Derivative Exchange naik ke level RM 2.185 (US$ 632,42) per ton. Sehari sebelumnya, CPO menyentuh harga terendah di RM 2.040 (US$589,23) per ton.


Emas juga melonjak tinggi. Harga logam mulia ini kemarin menyentuh US$ 867 per troy ounce, naik 16,33% dari harga terendahnya di US$ 745,3 per troy ounce (11/9).

Para analis mengatakan para pelaku pasar, termasuk spekulan saat ini kembali mencoba mengail keuntungan di pasar komoditas. Sebab, para pelaku pasar melihat adanya ketidakpastian dalam upaya penyelesaian krisis likuiditas di Amerika.

Seperti sudah diketahui, The Fed bersedia menyuntik dana untuk menyelamatkan American International Group (AIG), namun memilih membiarkan Lehman Brothers. "Ketidakpastian akibat tindakan Fed telah melemahkan dolar, dan orang kembali melihat komoditas sebagai perlindungan akibat penurunan dolar," ucap Gene McGillian, analis TFS Energy LLC seperti dikutip Bloomberg.

Kepala Riset BNI Securities, Norico Gaman melihat para pelaku pasar sudah bersiap mengambil posisi untuk menghadapi kenaikan harga komoditas. "Koreksi kemarin hanya sementara," kata Norico.

Norico meramal harga minyak sampai akhir tahun akan mencapai US$ 120 per barel. Sementara, CPO masih memiliki ruang untuk naik hingga US$ 900 per ton. Untuk emas, Norico mematok target harga US$ 900 per troy ounce sampai akhir tahun.

Namun pengamat pasar modal Felix Sindhunata justru memprediksi penguatan harga komoditas ini hanya akan berlangsung sementara. Felix bilang, harga komoditas akan kembali turun untuk mencari harga yang wajar. Sebab, selama tahun 2007 sampai semester I 2008 ini, harga komoditas telah naik tinggi. "Jika harganya sudah seimbang, harga komoditas akan kembali naik," kata Felix.

Segendang sepenarian, Wakil Presiden Direktur Riset dan Analisis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonkcheere berpendapat harga minyak dan komoditas lainnya masih belum stabil hingga dua bulan ke depan.

Goldman Sachs Group Inc. juga menurunkan proyeksi mereka terhadap harga minyak di akhir tahun. Sekuritas besar di Amerika tersebut memotong target harga minyak dari US$ 149 per barel sampai akhir tahun menjadi US$ 115 per barel.

Alasannya, krisis likuiditas global bakal memicu penurunan permintaan minyak. "Harga minyak masih bullish, tapi tidak akan sampai pada target kami sebelumnya," terang analis Goldman Sachs, Jeffrey Currie kepada Bloomberg. Goldman juga menurunkan prediksi harga minyak 2009 jadi US$ 123 per barel dari US$ 148 per barel.

Selain Goldman Sachs, CLSA Securities juga menurunkan target harga CPO tahun 2009 sebesar 26% menjadi RM 1.850

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test