JAKARTA. Tahun 2013 menjadi periode yang menantang bagi perbankan Indonesia. Pasalnya, tingkat penyaluran kredit yang tinggi selama beberapa tahun terakhir, telah mengetatkan likuiditas. Bank yang memiliki rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) tinggi, atau di atas 90%, paling rentan terkena risiko likuiditas. Mereka harus memperbesar pendanaan, baik dari nasabah maupun menerbitkan surat utang. Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan ketatnya likuiditas akibat permintaan kredit terus meningkat sementara sumber dana tidak mendukung. Saat ini, rasio Gross Domestic Product (GDP) terhadap kredit masih rendah. Hal ini menandakan masih ada ruang penyaluran kredit tetapi harus ada dukungan likuiditas. "Pengetatan likuiditas valuta asing (valas) bahkan sudah terjadi sejak awal 2012," ujarnya, pada pemaparan proyeksi bisnis bank tahun 2013, di DPR, Selasa (22/1).
Krisis likuiditas menghantui bisnis bank
JAKARTA. Tahun 2013 menjadi periode yang menantang bagi perbankan Indonesia. Pasalnya, tingkat penyaluran kredit yang tinggi selama beberapa tahun terakhir, telah mengetatkan likuiditas. Bank yang memiliki rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) tinggi, atau di atas 90%, paling rentan terkena risiko likuiditas. Mereka harus memperbesar pendanaan, baik dari nasabah maupun menerbitkan surat utang. Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan ketatnya likuiditas akibat permintaan kredit terus meningkat sementara sumber dana tidak mendukung. Saat ini, rasio Gross Domestic Product (GDP) terhadap kredit masih rendah. Hal ini menandakan masih ada ruang penyaluran kredit tetapi harus ada dukungan likuiditas. "Pengetatan likuiditas valuta asing (valas) bahkan sudah terjadi sejak awal 2012," ujarnya, pada pemaparan proyeksi bisnis bank tahun 2013, di DPR, Selasa (22/1).