Krisis Makin Parah, Islandia Mencari Utangan dari Rusia & IMF



REYKJAVIK. Pemerintah Islandia mengakui negaranya berisiko memasuki masa "kebangkrutan nasional". Berbagai langkah darurat yang sudah dilakukan bank sentral Islandia untuk mencegah krisis agar tak berlarut-larut juga masih menemui jalan buntu.

Guna mencegah krisis agar tidak menyebar dan bertambah parah, Islandia kini berupaya mencari pinjaman ke sana-sini. Perdana Menteri Islandia Geir Haarde mengatakan akan mencari dana dari Rusia dan dana moneter internasional atau International Monetary Fund (IMF).

Sejauh ini, IMF telah mengirimkan utusannya ke negara kecil di Eropa ini. "Islandia telah mendiskusikan beberapa hal dengan IMF. Tapi hingga saat ini kami belum meminta IMF untuk menyediakan fasilitas atau program ekonomi khusus," ujar Haarde pada konferensi pers pada Rabu (8/10).


Di samping itu, Haarde bilang, ia akan mulai pembicaraan dengan Rusia untuk meminjam 4 miliar euro (US$ 5,46 miliar) pada Selasa (14/10) mendatang. Islandia akhirnya mencari bantuan dari Rusia dan lembaga dunia itu setelah gagal mendapat pinjaman dari para pemerintahan dan bank sentral negara-negara Eropa.

Krisis keuangan dunia dengan mudahnya  menghancurkan sistem perbankan Islandia. Sebab, selama beberapa tahun terakhir, bank-bank Islandia gencar berekspansi ke luar negeri. Apalagi, investor-investor gemar menaruh dananya di mata uang asing yang ber-yield tinggi.

Alhasil, jumlah utang industri keuangan di negara ini 12 kali lipat besaran ekonomi Islandia. Utang ini terlalu besar untuk dibayarkan pemerintah dan 300.000 penduduk Islandia. "Ini mungkin adalah situasi terburuk di antara berbagai negara maju yang bergulat dengan krisis," kata Henrik Gullberg Ekonom Deutsche Bank AB.

Hari ini (9/10), regulator keuangan Islandia mengambil alih Kaupthing Bank hf, bank terbesar di negara itu. Padahal, bank terbesar kedua dan ketiga di Islandia, yaitu Glitnir Bank hf dan Landsbanki Islands hf, sudah lebih dulu berada dalam kontrol regulator.

Sebelumnya, bank sentral Islandia membatalkan rencananya membeli 75% saham Glitnir. Lebih parah lagi, bank sentral pun sudah angkat tangan dalam mengatasi pelemahan nilai tukar krona terhadap euro sejak Rabu (8/10). Setelah dua hari berjalan, bank sentral mencabut kebijakannya yang menetapkan patokan (peg) nilai tukar 131 krona per euro. Peg itu tak berhasil dan nilai krona terus merosot.

Dari sisi politis, hubungan Islandia dan Inggris menegang. Inggris akan menuntut Islandia lantaran banyak warga Inggris yang terjebak dalam sejumlah cabang bank Islandia di sana. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie