Krisis Pasokan Bayangi Kinerja Perusahaan Gas Negara (PGAS), Simak Rekomendasinya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek bisnis PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masih dihadapkan sejumlah tantangan. Kekhawatiran utama PGAS berasal dari risiko kekurangan pasokan gas.

Analis MNC Sekuritas, Vera mengamati bahwa kinerja PGAS lesu di kuartal kedua tahun ini tidak terlepas dari melambatnya volume distribusi gas dan volume lifting. Selain faktor hari libur yang lebih banyak di kuartal kedua, volume gas yang lebih rendah karena potensi kekurangan pasokan.

Seperti diketahui, emiten pelat merah ini membukukan pendapatan sebesar US$ 889,66 juta di kuartal kedua 2024. Hasil tersebut tercatat turun 6,29% quartal on quartal (qoq), namun bertumbuh 4,72% year on year (YoY).


Pelemahan kinerja PGAS secara kuartalan sejalan dengan perlambatan volume distribusi gas menjadi 841BBTud (-1,98% qoq dan -9,76% yoy). Kemudian, volume transmisi gas datar menjadi 1.417 MMScfd, serta volume lifting gas sebesar 1,80 MMBOE yang menurun 14,29% qoq dan 10% YoY.

Vera menyebutkan, volume PGAS lebih rendah akibat faktor musim liburan dan juga kekhawatiran tentang potensi kekurangan pasokan gas. Ini seperti yang ditunjukkan dari penurunan volume pasokan di Sumatera dan Jawa Barat, bersama dengan penurunan produksi dan aktivitas lifting dari blok Pangkah, Fasken, Ketapang, Muara Bakau, dan Muriah.

Baca Juga: Kinerja PGN (PGAS) Didukung Penjualan LNG, Intip Rekomendasi Sahamnya

Akibatnya, PGAS mencatat spread distribusi gas turun 12,34% qoq menjadi US$ 2,16 per Mmbtu pada kuartal II-2024 dari US$ 2,46 per Mmbtu di kuartal I-2024, menyusul moderasi harga jual rata-rata (ASP) menjadi US$ 7,78 per Mmbtu dari US$ 7,94 per mmbtu pada kuartal I-2024.

Selain itu, kenaikan biaya pengadaan dan transmisi gas menjadi US$ 5,62 per mmbtu dibandingkan US$ 5,48 per mmbtu pada kuartal I-2024, turut menekan margin.

Di sisi lain, biaya operasional PGAS membengkak sekitar 65.84% qoq, sebagian besar disebabkan penyisihan kerugian penurunan nilai atas utang dari Kalijagas kepada PC Muriah LTD (PCML). Alhasil, laba bersih PGAS anjlok 45,96% qoq menjadi US$ 65,46 juta pada kuartal kedua, akibat penurunan pendapatan dan peningkatan signifikan biaya operasional.

"Pelemahan kinerja PGAS secara kuartalan sejalan dengan perlambatan volume distribusi gas," ungkap Vera dalam riset tertanggal 18 September 2024.

Namun, laba bersih PGAS di kuartal kedua, secara tahunan masih bertumbuh 10,42% YoY. Secara semesteran, laba bersih PGAS juga bertumbuh sekitar 28,41% YoY menjadi US$ 186,60 pada periode Januari – Juni 2024.

Vera menganalisis, kinerja PGAS yang lebih baik ini terutama didorong oleh beban bunga yang lebih rendah akibat deleveraging melalui pembayaran obligasi sebesar US$ 552,63 juta atau sekitar 35,67% dari total utang pada tahun fiskal 2023, yang berpotensi mengurangi biaya bunga sebesar US$ 28 juta.

Selain itu, tidak adanya penyisihan terkait sengketa pajak seperti pada tahun fiskal 2023 sebesar US$ 29,86 juta dan kontrak yang memberatkan sebesar US$ 11,69 juta, semakin mendukung raihan laba bersih.

"Kinerja keuangan PGAS tetap stabil di saat pasokan gas masih berada di titik kritis," tambah Vera.

MNC Sekuritas telah menyesuaikan kembali estimasi terhadap PGAS. Pada laba operasi diturunkan menjadi US$ 579,18 juta, namun meningkatkan perkiraan laba bersih PGAS menjadi US$ 361,10 juta dengan Net Profit Margin (NPM) sebesar 9,65% untuk tahun fiskal 2024.

Baca Juga: PGAS Terus Kembangkan Jargas, Simak Deretan Perusahaan yang Bakal Bekerja Sama

Hanya saja, meskipun laba bersih diproyeksi lebih tinggi, kinerja PGAS masih perlu dipantau lebih lanjut. Hal itu karena kekhawatiran utama PGAS berasal dari risiko kekurangan pasokan gas.

Vera berujar, manajemen PGAS sebelumnya telah menyoroti aliran gas dari blok Medco E&P Grissik, berpotensi akan turun secara bertahap dari 410BBTud menjadi 129BBTud pada tahun 2028. Rencana manajemen PGAS untuk mengimpor LNG guna memenuhi permintaan  turut berpotensi menekan margin karena biaya yang lebih tinggi.

Selain itu, spread distribusi PGAS diproyeksi akan lebih sempit pada semester kedua karena biaya pasokan yang lebih tinggi. Proyeksi tersebut sejalan dengan target manajemen PGAS yang tidak merevisi spread distribusi pada kisaran US$ 1,60 – US$ 1,80 per Mmbtu untuk tahun 2024.

"Meskipun kami mengakui optimisme manajemen dalam mempertahankan target volume pada 954 BBTud untuk 2024 melalui upaya aktif untuk mengamankan sumber pasokan tambahan, kami masih mencari kejelasan lebih lanjut," jelas Vera.

Analis Indo Premier Sekuritas Ryan Winipta mengatakan, PGAS saat ini tengah melanjutkan berbagai pembangunan infrastruktur gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dan Gas di Semarang dan Kawasan Industri Batang (KITB) yang menghubungkan jaringan pipa Cisem-1.

Adapun Cisem-1 telah memasok beberapa pelanggan di Kendal dan Batang seperti Rumah Keramik Indonesia dan KCC Glass di Batang dan lima pelanggan di Kendal. Sebagai operator, PGAS akan menerima biaya transmisi sebesar US$0,31 per mmscfd dari Cisem-1, lebih rendah dibandingkan biaya campuran (blended fee) pada semester I-2024 sebesar US$ 0,56 per mmscfd.

Saat ini proyek Cisem-1 hanya berkontribusi sekitar 1,65 mmscfd terhadap volume transmisi gas secara keseluruhan atau sekitar 1% per Agustus 2024. Namun ke depannya, infrastruktur yang dibangun PGAS ini akan bermanfaat bagi prospek jangka panjang. Ke depannya, Cisem-2 akan menghubungkan Semarang dengan Cirebon dan direncanakan akan selesai pada kuartal IV-2025.

 
PGAS Chart by TradingView

"Infrastruktur LNG & Gas merupakan kunci untuk volume PGAS di masa mendatang," kata Ryan dalam riset 30 September 2024.

Ryan menuturkan, manajemen PGAS tidak menampik bahwa saat ini memang sedang mengalami kekurangan pasokan gas pipa, dengan LNG merupakan satu-satunya alternatif.

Selain itu, infrastruktur lebih lanjut juga perlu dibangun untuk menyalurkan kelebihan pasokan gas di SOR 3 (Jawa Tengah & Indonesia Timur) ke SOR 1 (Sumatera) dan SOR 2 (Jawa Barat), yang telah mengalami kekurangan gas hingga sekitar 70bbtud. PGAS juga berencana untuk bekerja sama dengan PLN untuk melakukan impor LNG guna mengatasi masalah kekurangan gas.

Namun, manajemen PGAS menegaskan kembali bahwa bisnis perdagangan LNG saat ini akan ditangguhkan sementara hingga kasus Gunvor diselesaikan. PGAS memutuskan untuk tidak memasok kargo LNG yang dapat diperoleh perusahaan dari Petronas (Malaysia) ke Tiongkok.

Walaupun demikian, manajemen PGAS tetap yakin bahwa perseroan telah mematuhi kontrak Gunvor dan saat ini masih dalam proses hukum. Seperti diketahui, PGAS sebelumnya mengalami kendala dalam pengiriman LNG ke Gunvor, perusahaan yang berbasis di Singapura.

Dengan berbagai faktor tersebut, Ryan masih berhati-hati terhadap PGAS karena dibayangi risiko penurunan volume distribusi gas sebagai akibat dari situasi kekurangan pasokan saat ini. Di samping itu, spread distribusi dikhawatirkan lebih rendah, serta adanya potensi biaya satu kali termasuk tertundanya pengiriman pasokan gas ke Gunvor.

Ryan masih menyarankan hold untuk PGAS dengan target harga di Rp 1.500 per saham. Senada, Vera mempertahankan rekomendasi hold untuk PGAS, namun dengan target harga sebesar Rp 1.550 per saham.

Selanjutnya: Kadin Kubu Arsjad Ungkap Kepengurusan Kadin Munaslub Langgar Kesepakatan

Menarik Dibaca: Astra Land Indonesia Luncurkan Rivara, Hunian Ramah Lingkungan di Cibubur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari