Kritik Iklim Lewat Seni, Soboman Arts Space 219 Raih Hibah dari British Council



MOMSMONEY.ID - Kritik soal iklim khususnya kekeringan milik Soboman Arts 219 berhasil mendapatkan hibah dari British Council. Ke depannya British Council akan terus mendorong kemitraan budaya antara Indonesia dan Inggris lewat karya seni yang mendorong keberlanjutan.

Connections Through Culture (CTC) dari British Council  memberikan hibah kepada para seniman Indonesia dan negara Asia Timur lainnya untuk memelihara kemitraan budaya baru antara Asia Timur dan Inggris. Peran utama dari program ini adalah mendukung ide-ide dan kolaborasi baru dari seniman dan organisasi budaya dalam setiap tahap pengembangan.

Fokus dari Connections Through Culture kali ini adalah keberagaman dan inklusi dan upaya mengatasi perubahan iklim. Harapannya, upaya kolaboratif lintas batas dan cabang seni ini akan membawa pemikiran dan ide-ide baru yang diharapkan mampu mengatasi berbagai tantangan global.


Baca Juga: British Council Dorong Kolaborasi Inggris Indonesia Lewat Connection Through Culture

Sebagai informasi, program hibah ini mendukung koneksi, pertukaran, dan kolaborasi baru, serta membantu membangun hubungan dan kolaborasi jangka panjang antara seniman, profesional budaya, praktisi kreatif, dan organisasi, pusat, jaringan, dan komunitas seni dan budaya. 

Munir, seniman Soboman Art Space 219 menjadi salah satu penerima hibah tersebut. Soboman Art Space 219 berkolaborasi dengan Fusion Arts untuk menampilkan karya seni yang sifatnya mengkritik soal kondisi iklim.

Pameran dari kolaborasi diselenggarakan oleh Fusion Arts di Oxford, Inggris, dan dibuat oleh seniman dari kolektif Soboman Gallery Art di Yogyakarta, Jawa Tengah, proyek ini bertujuan untuk membawa praktik budaya Indonesia yang unik ke penonton internasional yang lebih luas.

Baca Juga: Siap-Siap Dieng Culture Festival Digelar 23-25 Agustus 2024

Munir membawa proyek, Tetiten Swarane Tandur atau Hear the Seeds Sing. Munir menceritakan bahwa tradisi Cowongan berakar di Banyumas, Indonesia, di mana, selama kekeringan parah, orang-orang secara cerdik menggunakan cangkang kelapa untuk melambangkan permohonan mereka agar hujan turun. Tradisi ini mencerminkan hubungan dekat antara manusia dan alam, memberikan berkah untuk tanah yang subur dan mencerminkan dampak manusia terhadap lingkungan kita.

“Proyek ini merupakan respons terhadap krisis iklim, suatu masalah yang sering kali diremehkan,” kata Munir.

Lebih lanjut Munir menceritakan bahwa Cowongan ini ritual pemanggil hujan. Secara spesifik orang-orang jaman dahulu  membaca soal siklus alam, musim kemarau masih panjang dengan cara ini.

Baca Juga: Seni dan Investasi Bisa Tumbuh Bersama, Bibit Jadi Lead Partner Art Jakarta Garden

“Orang Banyumas melakukan ritual Cowongan dengan menggunakan batok kelapa yang tidak menghasilkan air. Hal ini menunjukan kekeringan sangat parah sekali. Dan orang-orang melakukan ini karena mempertanyakan mengapa hujan tidak turun,.” kisah Munir pada KONTAN. 

Kedepannya, karya-karya Munir akan membahas kritik tak hanya soal iklim. Akan tetapi, akan fokus pada sosial, politik dan juga lingkungan. Misalnya saja mengkritik aturan yang memberatkan petani, sehingga mereka sulit untuk berkembang. Selain itu juga mengenai kebiasaan membuang sampah sembarangan yang sulit sekali dicegah. 

Program CTC 2024

Pada 2024 ini, British Council juga kembali mengadakan Connection Through Culture. Program ini dibuka pada 9 Juli 2024 hingga 2 September 2024. Kali ini, British council memberikan hibah sebesar £700,000 yang dirancang untuk mendorong kolaborasi seni dan budaya antara Inggris dan negara-negara Asia-Pasifik.

Pelamar di Indonesia dapat mengajukan permohonan hibah hingga £10,000, untuk proyek-proyek yang memungkinkan kolaborasi internasional sejati antara Inggris dan negara-negara Asia-Pasifik.

British Council menerima lamaran dari semua bentuk seni, namun proposal yang menanggapi Perubahan Iklim, serta Keberagaman dan Inklusi dapat diprioritaskan dalam pengambilan keputusan akhir. "Proyek yang didukung oleh Hibah Connections Through Culture harus mencakup setidaknya satu pelamar yang berbasis di Inggris dan satu pelamar yang berbasis di Indonesia," ujar  Country Director British Council Indonesia, Summer Xia pada KONTAN beberapa waktu lalu. 

Summer Xia mengatakan bahwa hibah ini tidak hanya akan mendukung koneksi baru dan pertukaran serta kolaborasi antara seniman dan organisasi budaya di Indonesia dan Inggris, namun juga membangun hubungan dan kolaborasi jangka panjang antara seniman, organisasi dan praktisi, hub dan jaringan serta kolektif, karena itulah tujuannya. .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Francisca bertha