JAKARTA. Insiden yang menewaskan puluhan karyawan Freeport terjadi di Timika, Papua pada 14 Mei lalu. Pihak PT Freeport Indonesia pada hari ini, Kamis (23/5) melakukan konferensi pers untuk memberikan penjelasan terkait kronologi terjadinya peristiwa tersebut.Perlu diketahui, salah satu terowongan di tambang Big Gossan milik PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Mil 74 Distrik Tembagapura, Timika, Papua pekan lalu, mengalami keruntuhan. Insiden tersebut menewaskan 28 pekerja yang sedang mengikuti pelatihan."Kemarin kami telah melakukan jumpa pers dengan Bapak Jero Wacik di Kantor ESDM. Lalu sorenya dengan Bapak Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR di Gedung DPR," kata Richard C. Adkerson, President and CEO Freeport-McMoran Copper & Gold Inc dalam konferensi persnya di Hotel Mulia Jakarta, Kamis (23/5).Richard bilang, pada tanggal 14 Mei pukul 07.30 waktu setempat, fasilitas pelatihan di area pertambangan bawah tanah Big Gossan runtuh secara mendadak tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Sekitar 40 karyawan berkumpul pada hari itu untuk melakukan pelatihan rutin mengenai keselamatan. Area training tersebut, terang Richard, dibangun tahun 1998 yang awalnya dibangun sebagai bagian dari kompleks bawah tanah Gossan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, di tahun 2000, area ini digunakan oleh departemen pelatihan Freeport untuk aktivitas pelatihan secara rutin."Saya sendiri datang ke sana dan berada di sana ketika fasilitas di sana dibangun pada tahun 1998," paparnya.Area terowongan yang runtuh ini, lanjut Richard, berada jauh dari lokasi aktivitas tambang sehari-hari. Jika ditarik garis lurus jaraknya sekitar 2,7 kilometer dari pertambangan terbuka Grasberg, kurang lebih 2 kilometer dari pertambangan bawah tanah deep ore zone (DOZ), dan sekitar 500 meter dari lokasi aktif tambang Big Gossan. Oleh sebab itu, apabila disinyalir reruntuhan tersebut terjadi karena dekatnya lokasi pelatihan dengan aktivitas tambang, Richard mengelak anggapan tersebut.Reruntuhan tersebut terjadi di satu ruangan, yakni ruang training. Sehingga, ruang-ruang lainnya yang ada di area terowongan bawah tersebut tidak terkena reruntuhan. Ruangan training ini berukuran kira-kira 10x5 meter dan memiliki konsep sama halnya dengan ruang perkuliahan, memiliki meja dan kursi dengan dua orang instruktur atau pelatih berdiri di depan."Ketika reruntuhan itu terjadi, ruang-ruang di sebelahnya ada orang yang beraktivitas, namun mereka tidak terkena dampak. Hanya ruangan itu saja yang runtuh secara tiba-tiba," papar Richard.Saat ini, pihak Freeport sendiri secara internal sedang melakukan investigasi terkait penyebab runtuhnya terowongan tersebut. Namun, dirinya tidak dapat memberikan informasi mengenai tenggat waktu selesainya investigasi tersebut.Ketika ditanyakan mengenai total kerugian yang ditanggung pihak Freeport atas insiden ini, Richard enggan memberi tahu."Kejadian ini tidak pernah kami harapkan. Tidak pernah seserius ini selama 30 tahun beroperasi. Oleh sebab itu, kami tidak mau berspekulasi tentang penyebab ini sebelum kami melakukan kajian komprehensif," jelasnya mengakhiri.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kronologi rinci runtuhnya terowongan Freeport
JAKARTA. Insiden yang menewaskan puluhan karyawan Freeport terjadi di Timika, Papua pada 14 Mei lalu. Pihak PT Freeport Indonesia pada hari ini, Kamis (23/5) melakukan konferensi pers untuk memberikan penjelasan terkait kronologi terjadinya peristiwa tersebut.Perlu diketahui, salah satu terowongan di tambang Big Gossan milik PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Mil 74 Distrik Tembagapura, Timika, Papua pekan lalu, mengalami keruntuhan. Insiden tersebut menewaskan 28 pekerja yang sedang mengikuti pelatihan."Kemarin kami telah melakukan jumpa pers dengan Bapak Jero Wacik di Kantor ESDM. Lalu sorenya dengan Bapak Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR di Gedung DPR," kata Richard C. Adkerson, President and CEO Freeport-McMoran Copper & Gold Inc dalam konferensi persnya di Hotel Mulia Jakarta, Kamis (23/5).Richard bilang, pada tanggal 14 Mei pukul 07.30 waktu setempat, fasilitas pelatihan di area pertambangan bawah tanah Big Gossan runtuh secara mendadak tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Sekitar 40 karyawan berkumpul pada hari itu untuk melakukan pelatihan rutin mengenai keselamatan. Area training tersebut, terang Richard, dibangun tahun 1998 yang awalnya dibangun sebagai bagian dari kompleks bawah tanah Gossan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, di tahun 2000, area ini digunakan oleh departemen pelatihan Freeport untuk aktivitas pelatihan secara rutin."Saya sendiri datang ke sana dan berada di sana ketika fasilitas di sana dibangun pada tahun 1998," paparnya.Area terowongan yang runtuh ini, lanjut Richard, berada jauh dari lokasi aktivitas tambang sehari-hari. Jika ditarik garis lurus jaraknya sekitar 2,7 kilometer dari pertambangan terbuka Grasberg, kurang lebih 2 kilometer dari pertambangan bawah tanah deep ore zone (DOZ), dan sekitar 500 meter dari lokasi aktif tambang Big Gossan. Oleh sebab itu, apabila disinyalir reruntuhan tersebut terjadi karena dekatnya lokasi pelatihan dengan aktivitas tambang, Richard mengelak anggapan tersebut.Reruntuhan tersebut terjadi di satu ruangan, yakni ruang training. Sehingga, ruang-ruang lainnya yang ada di area terowongan bawah tersebut tidak terkena reruntuhan. Ruangan training ini berukuran kira-kira 10x5 meter dan memiliki konsep sama halnya dengan ruang perkuliahan, memiliki meja dan kursi dengan dua orang instruktur atau pelatih berdiri di depan."Ketika reruntuhan itu terjadi, ruang-ruang di sebelahnya ada orang yang beraktivitas, namun mereka tidak terkena dampak. Hanya ruangan itu saja yang runtuh secara tiba-tiba," papar Richard.Saat ini, pihak Freeport sendiri secara internal sedang melakukan investigasi terkait penyebab runtuhnya terowongan tersebut. Namun, dirinya tidak dapat memberikan informasi mengenai tenggat waktu selesainya investigasi tersebut.Ketika ditanyakan mengenai total kerugian yang ditanggung pihak Freeport atas insiden ini, Richard enggan memberi tahu."Kejadian ini tidak pernah kami harapkan. Tidak pernah seserius ini selama 30 tahun beroperasi. Oleh sebab itu, kami tidak mau berspekulasi tentang penyebab ini sebelum kami melakukan kajian komprehensif," jelasnya mengakhiri.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News