KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan situasi perekonomian dalam negeri tetap terkendali di tengah dinamika yang terjadi baik secara eksternal, maupun internal di dalam negeri. Pasca aksi unjuk rasa kemarin, KSSK menggelar konferensi pers, Kamis (23/5), yang menegaskan ketahanan perekonomian Indonesia meski terdapat tekanan dari sentimen global maupun domestik. Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati mengatakan, KSSK terus berkoordinasi dan bersinergi untuk memastikan kondisi ekonomi dan pasar keuangan tetap kondusif.
"Sikap KSSK menurut mandatnya harus terus menjaga stabilitas sektor keuangan sebagai sektor strategis dan penting dalam menjaga perekonomian Indonesia. Kami berikan update kepada masyarakat, dunia usaha, dan media bahwa kami siap sedia menjaga stabilitas perekonomian tanpa kompromi," ujar Sri Mulyani yang juga Menteri Keuangan, Kamis (23/5). Ia menjelaskan, kondisi perekonomian memang berada di tengah dinamika yang tidak mudah saat ini. Secara global, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin berkembang. Ada pula ketegangan geopolitik antara AS dan Iran, serta potensi perlambatan ekonomi global yang semakin nyata. Berbagai sentimen global tersebut, lanjut Sri Mulyani, tentu akan berimbas pada perekonomian dalam negeri. "Terutama pelemahan harga komoditas yang terkait dengan tensi AS dan Iran mempengaruhi harga minyak, sedangkan tensi AS dan China yang melemahkan ekonomi global berimbas juga ke harga komoditas lainnya," ujar Sri Mulyani. Sementara di dalam negeri, Sri Mulyani menyayangkan demonstrasi massa pasca pengumuman hasil pemilu 2019 yang menimbulkan kericuhan. Namun, ia meyakini situasi yang terjadi dua hari terakhir tak akan mendisrupsi kinerja pasar keuangan dan perbankan.
"Pelaku ekonomi dan investor sebetulnya juga sudah memahami, melalui berbagai macam indikator, mereka sudah mengantisipasi (situasi pasca pengumuman hasil pemilu). Jadi, tidak ada faktor kejutan sebenarnya," tandas Sri Mulyani. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan juga Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso sepakat menambahkan, adanya pelemahan pada kurs rupiah maupun kinerja indeks saham dalam dua hari terakhir bukan akibat aksi demonstrasi massa soal hasil pengumuman pemilu yang ricuh. "Kami sependapat, faktor-faktor global lebih dominan dalam menjelaskan
inflow outlow asing pada portofolio maupun dampak terhadap perkembangan moneter, yaitu eskalasi perang dagang AS-China," ujar Perry. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi