KSSK: Sistem Keuangan Dalam Kondisi Normal Seiring Peningkatan Aktivitas Masyarakat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selaku Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan, stabilitas sistem keuangan pada kuartal keempat 2021 dalam kondisi normal seiring penurunan kasus Covid-19 yang mendorong peningkatan aktivitas ekonomi.

“KSSK menyepakati komitmen bersama untuk terus memperkuat sinergi guna menjaga stabilitas sistem keuangan dan momentum pemulihan ekonomi,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Rabu (2/2).

Menkeu mengatakan, pemulihan ekonomi nasional berlanjut didukung oleh perkembangan pandemi Covid-19 yang mulai terkendali dan mulai pulihnya aktivitas masyarakat. Perkembangan kasus harian Covid-19 tercatat rendah di kuartal keempat 2021 telah mendorong pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sehingga mendukung berlanjutnya pemulihan aktivitas ekonomi.


Baca Juga: Bos BI: Peningkatan GWM Tak Akan Menyedot Likuiditas Perbankan Secara Signifikan

Sri Mulyani memerinci, kondisi perbaikan tersebut tercermin pada perkembangan indikator dini per Desember 2021 yang antara lain adalah pertama, pada mobilitas masyarakat melampaui level prapandemi, keyakinan konsumen kuat dan penjualan eceran meningkat. Kedua, pada Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang tercatat bertahan di zona ekspansif, konsumsi listrik sektor industri dan bisnis meningkat serta kinerja positif pada penjualan kendaraan bermotor dan semen.

Ketiga, untuk inflasi juga terpantau tetap rendah dengan Indeks Harga Konsumen (IHK 2021) di level 1,87% (yoy) atau di bawah kisaran sasaran 3% `lus minus 1%. Keempat, surplus neraca perdagangan berlanjut pada Desember 2021 dengan secara akumulatif sepanjang 2021 mencapai US$ 35,34 miliar sedangkan cadangan devisa berada pada level US$ 144,9 miliar atau setara delapan bulan impor barang dan jasa.

Baca Juga: Ada Normalisasi Kebijakan di Negara Maju, OJK Perkuat Ketahanan Sektor Jasa Keuangan

Lebih lanjut, berbagai perkembangan tersebut turut ditopang oleh berlanjutnya perbaikan ekonomi global dengan PMI, keyakinan konsumen, dan penjualan ritel yang tetap kuat. “Meski begitu, masih terdapat potensi risiko yang perlu diwaspadai baik dari sisi domestik maupun global,” kata Sri Mulyani.

Potensi risiko juga ada dari sisi domestik terutama terkait kenaikan kasus Covid-19, sedangkan potensi risiko global antara lain gangguan rantai pasok di tengah kenaikan permintaan yang mendorong peningkatan tekanan inflasi terutama akibat kenaikan harga energi.

Lebih lanjut, Sri Mulyani bilang, potensi risiko global juga terjadi melalui berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan dengan percepatan kebijakan normalisasi the Fed dalam merespons tekanan inflasi AS yang meningkat serta peningkatan tensi geopolitik di kawasan Baltik.

Baca Juga: KSSK: Realisasi Kredit Kendaraan Bermotor di 2021 Mencapai Rp 97,45 Triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati