JAKARTA. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyimpulkan, kondisi stabilitas sistem keyangan kuartal IV-2016 dalam kondisi yang normal. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil pemantauan dan asesmen terhadap perkembangan moneter, fiskal, makroprudensial, sistem pembayaran, pasar modal, pasar surat berharga negara (SBN), perbankan, lembaga keuangan nonbank, dan penjaminan simpanan. Rapat tersebut diselenggarakan pada Selasa (31/1) lalu yang dihadiri oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan mengikuti rapat melalui telekonferensi. "Ini adalah asesmen reguler," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di kantornya, Jumat (3/2).
Lebih lanjut menurut Sri Mulyani, KSSK juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini secara umum lebih baik dan stabilitas sistem keuangan dapat terkendali. Namun, pihaknya mencermati berbagai risiko baik eksternal atau domestik yang dapat pengaruhi sistem keuangan. Risiko yang berasal dari faktor eksternal adalah pemulihan ekonomi global yang masih belum solid dan stabil. Selain itu, dinamika dari pasar keuangan global yang dipengaurhi oleh ketidakpastian dari arah kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan rencana kenaikan The Fed Fund Rate yang berpotensi menimbulkan tekanan terhadap arus modal dan nilai tukar. KSSK juga melihat proses penyeimbang ekonomi di China atau
rebalancing yang sedang terjadi di China yang juga berpotensi timbulkan tambahan tekanan dan risiko. Sementara dari sisi domestik, KSSK melihat risiko yang perlu dicermati adalah potensi kenaikan inflasi dari harga yang diatur pemerintah (
adminsitered prices) dan dari sisi fiskal mengenai peningkatan penerimaan negara terutama yang berasal dari pajak dan upaya pemerintah untuk mengendalikan defisit. Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2017, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%
year on year (YoY), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2015 yang diperkirakan pemerintah sebesar 5%. Sementara asumsi inflasi tahun ini diperkirakan sebesar 4%, lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar 3,02%. Sru Mulyani mengatakan, terkait rencana kenaikan suku bunga AS, pemerintahakan mengevaluasi srategi dalam mencari pasar surat berharga negara (SBN) yang paling stabil. Tak hanya itu, pemerintah juga akan mengevaluasi asesmen risikonya. "Situasi tahun 2017 akan terus kami pantau dan cari startegi penerbitan SUN terbaik," tambahnya.
Yang jelas menurutnya, pemerintah akan mendorong sumber pertumbuhan ekonomi domestik, khususnya investasi agar seimbang dengan sumber pertumbuhan ekonomi utama yaitu konsumsi rumah tangga. Apalagi konsumsi rumah tangga masih sedikit tertekan. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, tekanan inflasi tahun ini terutama pada inflasi
administered prices. Pihaknya sepakat untuk mengkompensasi menjaga inflasi inti dan harga pangan yang bergejolak (
volatile food) saat terjadi kenaikan
administered prices nanti. "BI juga sambut baik kalau memang ada inflais yang tinggi di 2017 itu adalah peran dari akan dilakukannya reformasi terhadap subsidi yang kurang produktif," kata Agus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia