Kualitas Aset Dorong Pertumbuhan Bank Mandiri (BMRI), Intip Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pulihnya situasi ekonomi mendorong pertumbuhan kinerja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Kredit BMRI terus bertumbuh yang turut dipoles dengan perbaikan dari sisi kualitas aset.

Bank Mandiri berhasil menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp 1.315,92 triliun pada dari awal tahun hingga September 2023 atau tumbuh 12,71% YoY. Pertumbuhan kredit BMRI berhasil tumbuh di seluruh segmen.

Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe melihat bahwa pertumbuhan kredit BMRI didukung oleh perekonomian yang lebih baik pasca covid-19. Dimana, tahun ini secara penuh tidak ada lagi pembatasan kegiatan masyarakat.


Potensi meningkatnya konsumsi masyarakat di akhir tahun 2023 menjelang momentum perayaan natal dan tahun baru. Serta, musim kampanye pemilihan umum yang diyakini dapat meningkatkan konsumsi domestik.

“Pertumbuhan kredit BMRI didukung ekonomi yang sudah pulih pasca covid,” jelas Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Senin (27/11).

Baca Juga: Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mulai Mengerek Suku Bunga Kredit

Kiswoyo tetap memandang positif BMRI ke depannya, dengan asumsi konsumsi masyarakat bakal naik selama masa pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden serta legislatif di awal tahun dan juga pilkada serentak di akhir tahun 2024. Sentimen pemilu dinilai akan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik yang pada akhirnya meningkatkan kredit perbankan.

Sementara itu, Kiswoyo berujar, rencana penurunan suku bunga The Fed ataupun Bank Indonesia (BI) belum begitu berdampak pada kinerja BMRI di tahun 2024. Sebab, suku bunga kredit perbankan biasanya belakangan diturunkan setelah deposito tabungan.

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi mengungkapkan, manajemen BMRI tetap mempertahankan panduan pertumbuhan pinjaman di kisaran 10%-12%, dan merevisi panduan biaya kredit (CoC) menjadi di bawah 1.1% untuk tahun 2023. Proyeksi itu mengingat BMRI sudah memiliki tingkat coverage yang memadai dan pengelolaan risiko kualitas aset yang lebih baik dibandingkan bank lain.

Manajemen BMRI juga mengisyaratkan bahwa rasio cakupan NPL akan berada di kisaran 250%-280% dalam 2-3 tahun ke depan, yang menunjukkan bahwa CoC mungkin akan menurun di tahun-tahun mendatang. Selain itu, BMRI tetap optimis tingkat Net Interset Margin (NIM) bisa berada di kisaran 5.3%-5.6% pada tahun ini.

“BMRI tetap menjadi pilihan teratas kami di sektor perbankan, karena BMRI mempunyai strategi untuk beralih ke aset-aset dengan imbal hasil tinggi sambil terus meningkatkan jejak digital dan use case nasabah ritel dan korporasi melalui saluran digitalnya,” kata Prasetya dalam riset 1 November 2023.

Baca Juga: Bunga Kredit Segmen Korporasi yang Paling Tinggi di Bank Mandiri, Ini Penyebabnya

Praseya memaparkan, BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 13.8 triliun yang meningkat 9,2% QoQ dan 32,4% YoY pada kuartal ketiga 2023. Dengan demikian, laba bersih BMRI secara kumulatif hingga kuartal ketiga tercatat sebesar Rp 39,1 triliun yang meningkat sebesar 27,4% YoY.

Capaian laba bersih BMRI itu tidak terlepas dari penurunan biaya provisi sebesar Rp 1.5 triliun di kuartal ketiga yang turun 61,1% QoQ dan 63,6% YoY. Ini menjadikan biaya provisi BMRI sebesar Rp 9,1 triliun atau turun 21,5% YoY per September 2023 yang mengindikasikan biaya kredit sebesar 0,96%, lebih rendah daripada panduan BMRI di kisaran 1,1% dan 1,3% YoY.

Pendapatan Bunga Bersih (NII) Bank Mandiri tercatat sebesar Rp 24,5 triliun di kuartal ketiga tumbuh 1,1%QoQ dan 10,9%YoY, sehingga NII sembilan bulan tahun 2023 tercatat sebesar Rp 71,9 triliun yang meningkat 12,3%YoY.

Prasetya mencermati, peningkatan NII BMRI karena didukung oleh pertumbuhan kredit yang kuat sekitar 12,7% YoY menjadi Rp 1.315,92 triliun dari periode Januari – September 2023. Kredit BMRI berasal dari segmen dengan imbal hasil tinggi, terutama segmen komersial yang meningkat sekitar 18,6% YoY sebagai penggerak utama.

Sementara itu, Margin Bunga Bersih (NIM) BMRI relatif stabil di tengah pengetatan likuiditas karena BMRI mampu meningkatkan imbal hasil pinjamannya, terutama di segmen korporasi untuk mengimbangi kenaikan Cost of Fund (CoF). Dari sisi kualitas aset, rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Loan at Risk (LAR) BMRI juga membaik dengan masing-masing mencapai 1,49% dan 9,79% pada September 2023.

Baca Juga: Bank Mandiri Berencana Konsisten Bagikan Dividen di 2024, Simak Besarannya

Samuel Sekuritas meyakini BMRI mampu membukukan Cost to Income Ratio (CIR) sebesar 36% dalam jangka panjang, karena didukung oleh akuisisi digital yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi.

Perlu digarisbawahi bahwa pengetatan likuiditas akan menjadi tantangan utama bagi sektor perbankan pada kuartal IV-2023, namun manajemen BMRI yakin bahwa target NIM tahun 2023 sebesar 5.3%-5.6% dapat tercapai.

Hal itu karena Bank Mandiri masih memiliki ruang untuk melakukan repricing imbal hasil pinjaman korporasi, dan BMRI akan terus fokus menyalurkan pinjaman ke segmen dengan imbal hasil tinggi seperti segmen komersial dan UKM, guna mengimbangi peningkatan CoF.

Di samping itu, Prasetya menyebutkan bahwa manajemen BMRI optimistis bahwa tekanan CoF masih terkendali, seiring dengan makin populernya aplikasi Livin, yang akan membantu BMRI untuk meningkatkan rasio CASA. Untuk diketahui, lebih dari 80% rekening CASA nasabah BMRI sudah terhubung dengan Livin.

Prasetya mempertahankan rekomendasi beli untuk BMRI dengan target harga sebesar Rp 7.000 per saham. Kiswoyo juga menyematkan rekomendasi beli untuk BMRI, namun target harga lebih rendah sebesar Rp 6.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati