KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengakhiri kuartal pertama 2018, beberapa bank besar mencatatkan biaya kredit di awal tahun telah mengalami penurunan. Bank mengklaim, membaiknya kualitas kredit membantu bank memangkas biaya pencadangan kredit berisiko. Salah satunya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang berhasil menurunakan biaya kredit alias
cost of credit (coc) hingga ke level 1,7%. Setelah pada kuartal tahun sebelumnya 1,8%. Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menjelaskan, penurunanan biaya kredit dipengaruhi oleh adanya perbaikan debitur-debitur bermasalah perseroan dalam satu tahun terakhir.
Hal ini terlihat dari beberapa indikator membaiknya kualitas aset perseroan. Baik dari menurunnya rasio kredit bermasalah atau
non-performing loan (NPL) yang menjadi 2,3%, dibandingkan 3% pada tahun sebelumnya. Tak hanya itu, rasio
loan at risk juga berhasil diturunkan oleh BNI menjadi 9,8%. Padahal setahun sebelumnya posisi ini mencapai 11,9%. "Ke depannya, BNI akan terus fokus melakukan perbaikan kualitas aset, dimulai dari pemilihan calon debitur dengan prioritas pada sektor yang prospektif yang terukur," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (26/4). Di sisi lain, BNI akan melakukan penyempurnaan proses pemberian kredit, membangun tools dan budaya credit risk, serta upaya korektif atas kredit-kredit yang sudah masuk dalam kategori masalah. "Kami lakukan intensif (kolektif kredit bermasalah) terutama terkait skema remedial, restrukturisasi, dan penyelesaian kredit bermasalah termasuk upaya legal," katanya. Untuk tahun ini, BNI memproyeksikan CoC akan stabil di kisaran tahun lalu yaitu 1,6%. Rasio ini tak akan terlalu ditekan lantaran BNI masih akan meningkatkan rasio pencadangan atau coverage ratio di tahun ini, guna mengantisipasi kondisi ekonomi yang belum sesuai harapan. Berbeda sedikit dengan BNI, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) justru berhasil menjaga CoC stabil di level yang sama dengan tahun lalu pada kuartal I 2018. Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra mengungkapkan saat ini biaya kredit BCA termasuk paling rendah di industri yakni 0,2%. "Cost of credit setelah dianualisasi dari angka kuartal I 2018, sekitar 0,2%. Sebenarnya stabil kalau dibandingkan tahun lalu," ujarnya. Bila merujuk pada presentasi analis BCA pada kuartal I 2018, hal ini sejalan dengan biaya pencadangan atau provisi yang menurun 24,2% pada kuartal I 2018. Dari Rp 248 miliar menjadi Rp 188 miliar. Di sisi lain, coverage ratio BCA juga turun ke level 183,6% pada kuartal I 2018, dibanding posisi tahun sebelumnya yakni 203,3%. Setali tiga uang, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga berhasil menekan biaya kredit hingga ke level 0,74% pada kuartal I 2018.
Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha menyebut jumlah tersebut turun dari periode tahun lalu sebesar 1,32% atau turun 58 basis poin (bps). Hal tersebut sejalan dengan penurunan biaya provisi atau pencadangan Bank Jatim sebesar 39,53% secara yoy menjadi Rp 58,42 triliun di kuartal I 2018. Ferdian menyebut,
cost of credit sampai akhir tahun akan terus dijaga di level rendah untuk menarik nasabah. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan untuk menggenjot pertumbuhan kredit sebesar 10,65% dengan target laba tumbuh 5% di tahun 2018. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia