Kualitas Kredit Perbankan Diprediksi Makin Membaik Tahun Ini, Berikut Indikatornya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi, kualitas kredit perbankan terus terjaga seiring penerapan manajemen risiko. Alhasil, portofolio kredit perbankan makin sehat dan diperkirakan akan berlanjut sampai akhir tahun. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mencatat NPL Gross perbankan per Desember 2021 sebesar 3%, turun dari bulan sebelumnya 3,19%. Sementara NPL Net 0,88% atau turun dari bulan sebelumnya sebesar 0,98%.

Perbaikan kualitas kredit industri juga terlihat pada penurunan NPL di sejumlah perbankan. PT Bank Maybank Indonesia Tbk misalnya, mencatat rasio NPL gross 3,7%, turun dari 4%. NPL net naik dari 2,5% menjadi 2,6%. 


Sementara itu, rasio Loan at Risk (LAR Bank saja) membaik ke level 18,0% pada 2021 dari 21,5% di tahun sebelumnya. Perbaikan LAR ini didukung oleh kualitas kredit yang kembali lancar yang sejalan dengan pemantauan dan restrukturisasi kredit nasabah.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria memastikan, perusahaan akan menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertahankan postur risiko pada tingkat yang sehat untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga.

Baca Juga: Hingga Akhir 2022, Bank BRI Optimistis Bisa Menjaga NPL di Level 2,8%-3%

"Di tengah berlangsungnya pandemi, Maybank tetap menerapkan risk appetite yang konservatif pada penyaluran kredit yang disetujui untuk menjaga kualitas aset," terang Taswin, Senin (21/2). 

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimistis NPL semakin membaik seiring dengan upaya perusahaan untuk menyalurkan kredit baru ke sektor - sektor yang mulai pulih dan unggulan di setiap daerah. 

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, kebutuhan akan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) makin berkurang karena ekonomi dan kemampuan tim di lapangan mengelola restrukturisasi juga membaik. 

Di sisi lain, NPL di Bank Mandiri juga membaik menjadi 2,72% pada 2021, turun dari tahun sebelumnya di level 3,1%. Sejalan dengan itu, LAR termasuk akibat covid-19 juga turun menjadi 17,75% pada 2021. 

Dengan begitu, sisa kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 69,7 triliun, atau terus menurun dari total kredit yang sudah memperoleh kelonggaran Rp 138 triliun. Sebagian lagi, sudah lunas dan kembali membayarkan kredit secara normal. 

"Kami asumsikan kebijakan relaksasi itu akan berakhir Maret 2022. Sehingga dari 2020 hingga sekarang, kita menganut konsep yang konservatif untuk kredit restrukturisasi mulai dari low, medium, hingga high risk,” ujar Siddik. 

Baca Juga: Maybank Indonesia Catatkan Laba Bersih Tumbuh 29,9% di 2021, Ini Penopangnya

PT Bank Tabungan Negara (BTN), memproyeksi NPL bisa dijaga pada level 3,3% hingga 3,4% tahun ini. Target ini lebih baik dari rasio kredit masalah pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing di level 4,37% dan 3,70%. 

"Perbaikan terjadi di semua segmen baik konsumer, dan komersial maupun korporasi. Ini karena kualitas proses bisnis yang makin baik dan prudent,” terang Direktur Risk Management and Transformation BTN Setiyo Wibowo. 

Tak hanya itu, kualitas kredit juga semakin baik dengan strategi penagihan yang tersentralisasi dan memanfaatkan data analitik. Selain itu, restrukturisasi kredit komersial juga berjalan sesuai rencana perusahaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi