KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank pelat merah akan terus melakukan berbagai strategi untuk menjaga kualitas aset mereka hingga penghujung tahun. Berkat strategi yang sudah dilakukan sejak tahun lalu, sebagian besar bank BUMN berhasil mencatatkan penurunan rasio kredit bermasalah atau
Non Performing Loan (NPL) di triwulan pertama 2019. PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI, anggota indeks
Kompas100) misalnya mampu menjaga rasio NPL
gross di level 1,9% di tengah pertumbuhan kredit. Rasio kredit bermasalah itu turun dari 2,3% di kuartal I tahun 2018. Hanya saja, NPL
nett BNI naik tipis dari 0,8% menjadi 0,9%. Dengan perbaikan kualitas kredit tersebut, BNI mampu menurunkan biaya kredit menjadi 1,3% per Maret 2019 dari Rp 1,7% di periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, perseroan akan terus berupaya menjaga rasio NPL di kisaran 1,9% -2% tahun ini. NPL nett diprediksi akan semakin membaik degan rencana BNI menaikkan
coverage ratio sampai penghujung tahun hingga 155% dari 152% tahun lalu. "
Coverage ratio per akhir Maret 2019 naik jadi 153,1% dari dari 148% pada periode yang sama 201 untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset di masa mendatang." kata Anggoro pada Kontan.co.id baru-baru ini. BNI juga akan mengimplementasikan proses bisnis sekaligus manajemen risiko kredit yang baik guna mengantisipasi kredit bermasalah. Sementara biaya kredit atau
cost of credit (CoC) BNI akan mulai meningkat tahun ini di kisaran 1,5%- 1,7% untuk menyesuaikan untuk mengejar target pertumbuhan kredit. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI, anggota indeks
Kompas100) juga berhasil mencatatkan perbaikan rasio kredit bermasalah di kuartal I. NPL
gross BRI turun dari 2,39% di triwulan pertama tahun lalu menjadi 2,31%. Begitupun dengan NPL
nett turun dari 1,16% menjadi 1,05%. Hal tersebut juga ditambah dengan makin meningkatnya NPL
coverage yang dicatat perseroan sebesar 182,86%. Sementara pada kuartal pertama 2018 NPL
coverage sebesar 174,81%. Sebelumnya, Direktur keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, pihaknya akan menjaga rasio NPL di kisaran 2%-2,2% tahun ini. Untuk menjaga kualitas asetnya, BRI akan secara konsisten menerapkan prinsip
prudential banking dalam menyalurkan kredit serta melakukan perbaikan
monitoring misalnya melakukan digitalisasi pinjaman sehingga penyaluran lebih cepat dan aman. "Kemudian, membuat sistem pengingat dini dan
credit risk scoring melalui teknologi
big data, serta perbaikan strategi pertumbuhan kredit melalui
pipeline management forum dengan fokus pada
trickle down business." jelas Haru.
Sementara PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI, anggota indeks
Kompas100) mencatatkan rasio NPL
gross sebesar 2,68%, turun dari dari 3,32% di triwulan I 2018. Sehingga memangkas alokasi biaya pencadangan perseroan menjadi Rp2,8 triliun dari Rp3,8 triliun atau berhasil turun sebesar 28,1% yoy Menurut Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, penurunan biaya CKPN tersebut merupakan cerminan progres perbaikan kualitas kredit, pelaksanaan
collection yang efektif, serta kedisiplinan restrukturisasi kredit. “Membaiknya rasio NPL Bank Mandiri tersebut disebabkan oleh adanya perbaikan kualitas kredit di hampir seluruh segmen bisnis dan penguatan manajemen risiko serta keberhasilan dalam melakukan
shifting portfolio kredit. Secara keseluruhan, tren penurunan ini mendorong kami semakin dekat dengan kisaran target NPL tahun ini sebesar 2,5-2,7%” ungkap Siddik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi