Kualitas SDM rendah, beban biaya perbankan untuk keamanan kian meningkat



JAKARTA. Para bankir menilai, tingkat kriminalisasi di industri perbankan yang dilakukan oleh kalangan internal akibat minimnya kualitas sumber daya manusia. Terkait hal itu, perbankan memerlukan biaya (cost) tidak sedikit untuk berinvestasi pada sistem keamanan perbankan.

Sofyan Basir Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengatakan, walaupun sistem pengamanan sudah dibangun dengan canggih, namun modus kejahatan seseorang lebih sulit terdeteksi."Kami meminimalisir risiko tersebut dengan memaksimalkan fungsi auditor, seperti membangun auditor disetiap cabang," tutur Sofyan, Kamis (31/3). Selain itu, bank berpelat merah ini juga membangun auditor bank melalui sistem kontrol dengan menyiapkan teknologi baik secara aktif ataupun pasif.Sofyan bilang, konsekuensi dari pelaksanaan keamanan ini adalah akan bertambahnya biaya untuk meningkatkan sistem pengawasan tersebut.

Sementara itu, Budi Gunadi Sadikin Managing Director Micro & Retail Banking PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengungkapkan, tingkat keamanan yang perlu dijaga adalah sistem transaksi elektronik channel (e-channel). Pasalnya, transaksi melalui e-channel ini menjadi celah kriminalisasi dibandingkan dengan kejahatan fisik."Bank Mandiri sudah berinvetasi untuk menjaga keamanan seperti mengundang konsultan serta mempelajari keamanan sistem perbankan asing," kata Budi.Sekadar mengingatkan, heboh kasus pembobolan perbankan kian marak terdengar beberapa hari terakhir. Yang teranyar, kasus pembobolan Citibank oleh karyawannya yang mencapai Rp 17 miliar. Kini, kasus serupa terjadi di PT Bank Negara Indonesia (BBNI) Tbk yang nyaris di bobol Rp 4,5 miliar dengan salah satu tersangka adalah Wakil Kepala Cabang BNI Cabang Depok berinisial JKD.Dilain itu, BMRI juga terkena pembobolan bilyet deposito senilai Rp 18,7 miliar, yang dilakukan oleh enam pelaku itu adalah J, RS, DBM, MDS, IW, serta DN.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie