Kualitas Udara di Jakarta Membaik Saat WFH dan Rekayasa Lalu Lintas



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, mengungkapkan bahwa kebijakan Work From Home (WFH) di hari pertama penyelenggaraan ASEAN langsung berdampak signifikan pada peningkatan kualitas udara di Jakarta.

"Pengurangan jumlah kendaraan bermotor karena WFH selama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN membuat udara Jakarta menjadi lebih bersih," ujarnya kepada media pada Senin (4/9/2023).

Pada 4 September siang, indeks kualitas udara mencapai kategori sedang dengan level 99, dari sebelumnya yang menyentuh level 157 dalam kategori tidak sehat.


Baca Juga: Sebagian Unit PLTU Suralaya Dipadamkan, Begini Respon Pengusaha

Fahmy menegaskan, meskipun banyak yang menuduh PLTU sebagai sumber polusi di Jakarta, hal tersebut belum terbukti.

"Sebagai contoh, PLTU Suralaya telah dimatikan dengan kapasitas 1.600 MW sejak 29 Agustus 2023, namun hal tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kualitas udara di Jakarta dalam seminggu terakhir," paparnya.

Menurutnya, hal ini sesuai dengan pernyataan pemerintah yang menyatakan bahwa penyumbang polutan terbesar di Jakarta adalah sektor transportasi. Data menunjukkan bahwa sektor ini menyumbang lebih dari 42% polutan di Jakarta, disusul oleh sektor industri manufaktur.

Baca Juga: Ada Isu Polusi, Pemerintah Matikan PLTU Suralaya 1, 2, 3, 4

"Di sektor manufaktur, banyak pabrik milik swasta di Jakarta dan sekitarnya yang menghasilkan asap saat beroperasi. Rata-rata mereka tidak memiliki alat khusus untuk menyerap debu emisi yang dihasilkan," tutup Fahmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli