KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kualitas udara Jakarta beberapa hari belakang
an menunjukan penurunan. Kualitas udara tidak sehat telah berlangsung sejak Senin (17/6) sampai hari ini, Rabu (19/6). D
ikutip dari IQ AirTercatat pada Rabu (19/6) kualitas udara Jakarta berada pada peringkat ke 4 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan air quality index (AQI) di angka 153 atau dalam kategori tidak sehat. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta terus bergelut untuk menyelesaikan persoalan ini, salah satunya melalui implementasi Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 576 Tahun 2023 tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara (SPPU).
Beleid ini jadi panduan strategis bagi DLH dan seluruh pemangku kepentingan dalam meningkatkan kualitas udara di Jakarta hingga tahun 2030. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta
, Asep Kuswanto menyebut, SPPU menjadi acuan agar upaya memperbaiki kualitas udara Jakarta akan lebih tepat sasaran karena semua penyebab dan solusinya sudah dikaji dan terukur. "Walaupun di tengah-tengah kondisi udara yang sedang menurun, Pemprov DKI sudah memiliki langkah yang jelas dalam menanggulangi pencemaran udara. Kita sedang dalam proses menyelesaikan itu," ungkap Asep, Rabu (19/6).
Baca Juga: Ramalan Cuaca Besok di Jakarta, Rabu (19/6): Hujan Masih Belum Kembali Asep menambahkan, DLH DKI Jakarta tengah mengembangkan sistem inventarisasi emisi yang lebih sistematis untuk memantau sumber-sumber polusi udara di Jakarta. Sistem ini memungkinkan pengumpulan data yang lebih baik tentang emisi dari berbagai sumber, termasuk kendaraan bermotor dan industri.
Dia mengaku, selain memperketat pengawasan terhadap sumber emisi bergerak dan tidak bergerak, pihaknya juga melakukan langkah strategis lainnya, yaitu kerja sama lintas daerah.
“Untuk itu, kami mendorong pemerintah daerah di sekitar Jakarta untuk lebih ketat dalam mengawasi industri di wilayahnya yang berpotensi mencemari udara di sana dan terbawa angin ke Jakarta,” tegas
nya. M
enurut hasil analisis model HYSPLIT dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dilakukan oleh Tim Ahli IPB menunjukkan bahwa dalam dua hari terakhir, angin dominan berasal dari arah Timur dan Timur Laut. Asep
menghimbau, perlu kesadaran masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi publik, bersepeda, dan berjalan kaki untuk mobilisasi jarak dekat juga upaya yang dapat memperbaiki kualitas udara Jakarta. “(Kesadaran masyarakat) Itu juga kami kampanyekan. Selain itu, upaya jangka pendek juga kita tempuh dengan mengimbau pengelola gedung-gedung tinggi memasang
water mist dan memperketat uji emisi kepada pemilik kendaraan bermotor di Jakarta,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih