KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan kualitas udara yang buruk di Jakarta menjadi sorotan serius. Ketua Gerakan Bebas TAR dan Asap Rokok (GEBRAK!) sekaligus Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto, menyatakan terus memburuknya kualitas udara akan memperparah kondisi kesehatan masyarakat. “Kualitas udara yang terus-menerus turun harus direspon dengan cepat. Permasalahan ini mesti diselesaikan secara bersama-sama karena masyarakat Jakarta memiliki hak untuk menghirup udara yang bebas polusi,” katanya, Selasa (13/8). Dalam beberapa bulan terakhir, tingkat polusi di ibukota sangat tinggi. Misalnya, pada Minggu (11/8), berdasarkan data AirVisual sekitar pukul 07.00 WIB, indeks kualitas udara atau air quality index (AQI) Jakarta sebesar 171, yang berarti sangat buruk. Polusi udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor dan asap pembakaran rokok tidak bisa diremehkan. Hal ini dikarenakan komponen dari polusi udara ini sangat kecil ukurannya sehingga bisa menembus pembuluh darah. Dalam jangka panjang, paparan tersebut bisa meningkatkan risiko kanker. Menurut Aryo, asap dari pembakaran rokok turut berkontribusi dalam memperparah kualitas udara di Jakarta. Meski tidak sebesar dari kendaraan bermotor, asap pembakaran rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. “Tingginya polusi udara di kota-kota besar seperti Jakarta sangat memprihatinkan. Sekitar 80% berasal dari asap kendaraan bermotor, tetapi polusi asap pembakaran rokok juga tidak bisa diabaikan,”ujar dia. Aryo melanjutkan hasil pembakaran dari rokok menghasilkan TAR, yang merupakan zat kimia berbahaya. TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
Kualitas udara Jakarta yang terus menurun harus direspon dengan cepat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan kualitas udara yang buruk di Jakarta menjadi sorotan serius. Ketua Gerakan Bebas TAR dan Asap Rokok (GEBRAK!) sekaligus Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto, menyatakan terus memburuknya kualitas udara akan memperparah kondisi kesehatan masyarakat. “Kualitas udara yang terus-menerus turun harus direspon dengan cepat. Permasalahan ini mesti diselesaikan secara bersama-sama karena masyarakat Jakarta memiliki hak untuk menghirup udara yang bebas polusi,” katanya, Selasa (13/8). Dalam beberapa bulan terakhir, tingkat polusi di ibukota sangat tinggi. Misalnya, pada Minggu (11/8), berdasarkan data AirVisual sekitar pukul 07.00 WIB, indeks kualitas udara atau air quality index (AQI) Jakarta sebesar 171, yang berarti sangat buruk. Polusi udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor dan asap pembakaran rokok tidak bisa diremehkan. Hal ini dikarenakan komponen dari polusi udara ini sangat kecil ukurannya sehingga bisa menembus pembuluh darah. Dalam jangka panjang, paparan tersebut bisa meningkatkan risiko kanker. Menurut Aryo, asap dari pembakaran rokok turut berkontribusi dalam memperparah kualitas udara di Jakarta. Meski tidak sebesar dari kendaraan bermotor, asap pembakaran rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. “Tingginya polusi udara di kota-kota besar seperti Jakarta sangat memprihatinkan. Sekitar 80% berasal dari asap kendaraan bermotor, tetapi polusi asap pembakaran rokok juga tidak bisa diabaikan,”ujar dia. Aryo melanjutkan hasil pembakaran dari rokok menghasilkan TAR, yang merupakan zat kimia berbahaya. TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.