JAKARTA. Peredaran lampu hemat energi (LHE) di Indonesia masih dikuasai oleh produk lampu dari China. Impor LHE selama kuartal I-2011 mencapai sebesar 45,78 juta unit. Angka itu naik 14,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo) John Manopo mengatakan, peningkatan impor lampu dari China terjadi karena kebutuhan lampu dalam negeri juga terus mengalami peningkatan. "Jumlah pelanggan PLN terus bertambah terutama untuk daerah-daerah yang baru bisa menikmati listrik," kata John di sela-sela acara pameran elektronik di Kementerian Perindustrian, Selasa (26/4).John mengatakan jumlah pelanggan PLN pada tahun 2010 mencapai 36 juta. Sedangkan tahun ini diperkirakan, jumlah pelanggan PLN akan mengalami penambahan 2 juta jiwa hingga jumlahnya mencapai 38 juta pelanggan. Selain penambahan pelanggan baru, konsumsi lampu juga terdongkrak oleh fasilitas gratis untuk penambahan daya listrik bagi pelanggan 400 VA dan 900 VA menjadi 1.300 VA atau 2.200 VA.Penambahan jumlah pelanggan itu menurutnya akan berdampak secara langsung pada konsumsi lampu dalam negeri tahun ini menjadi 260 juta unit. Sedangkan pada tahun 2010, konsumsi lampu dalam negeri mencapai 200 juta unit. Sayangnya meskipun konsumsi lampu di dalam negeri sangat besar tapi hanya sedikit yang bisa dinikmati industri di dalam negeri.Pada tahun 2010, impor LHE yang semuanya berasal dari China mencapai 161,25 juta unit atau sekitar 60% dari total konsumsi lampu di dalam negeri. Industri lampu di China sendiri menurut John merupakan yang terbesar di dunia dan memasok 80% dari kebutuhan lampu dunia.John mengatakan industri lampu di dalam negeri tidak mampu bersaing dengan produk China karena lampu dari China bisa masuk ke Indonesia dengan tarif 0%. Sedangkan impor komponen lampu untuk produksi lampu di dalam negeri masih dibebani dengan bea masuk antara 5% hingga 10%. "Sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk produsen lampu di dalam negeri membengkak," kata John.Akibatnya, John bilang utilisasi industri lampu di dalam negeri tidak bisa maksimal yakni hanya sekitar 20%. Untuk menghidupkan industri lampu di dalam negeri menurutnya pemerintah perlu menetapkan program LHE gratis bagi masyarakat. Sedangkan impor lampu perlu dibatasi dengan cara memperketat verifikasi penerapan SNI dari lampu impor. Selain itu, penunjukan importir terdaftar (IT) elektronika harus diberikan kepada importir pedagang bukan produsen dan memperoleh lisensi dari principal atau perwakilan di dalam negeri.Direktur Industri Elektronik dan Telematika Kementerian Perindustrian, C Triharso mengatakan, untuk membatasi laju impor lampu dari China, pemerintah berusaha menarik investasi dari negeri tirai bambu agar memproduksi lampu di Indonesia. "Kami mendorong mereka untuk investasi bukan cuma untuk produksi komponen tapi juga lampu secara utuh," kata Triharso.Jika komponen lampu tersedia di Indonesia, maka industri lampu di dalam negeri juga akan terbantu karena biaya produksi bisa dipangkas. Daya saing industri lokal sendiri sebenarnya sudah bagus dan produknya sudah berstandar internasional.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kuartal I 2011, impor lampu dari China mencapai 45,78 juta unit
JAKARTA. Peredaran lampu hemat energi (LHE) di Indonesia masih dikuasai oleh produk lampu dari China. Impor LHE selama kuartal I-2011 mencapai sebesar 45,78 juta unit. Angka itu naik 14,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo) John Manopo mengatakan, peningkatan impor lampu dari China terjadi karena kebutuhan lampu dalam negeri juga terus mengalami peningkatan. "Jumlah pelanggan PLN terus bertambah terutama untuk daerah-daerah yang baru bisa menikmati listrik," kata John di sela-sela acara pameran elektronik di Kementerian Perindustrian, Selasa (26/4).John mengatakan jumlah pelanggan PLN pada tahun 2010 mencapai 36 juta. Sedangkan tahun ini diperkirakan, jumlah pelanggan PLN akan mengalami penambahan 2 juta jiwa hingga jumlahnya mencapai 38 juta pelanggan. Selain penambahan pelanggan baru, konsumsi lampu juga terdongkrak oleh fasilitas gratis untuk penambahan daya listrik bagi pelanggan 400 VA dan 900 VA menjadi 1.300 VA atau 2.200 VA.Penambahan jumlah pelanggan itu menurutnya akan berdampak secara langsung pada konsumsi lampu dalam negeri tahun ini menjadi 260 juta unit. Sedangkan pada tahun 2010, konsumsi lampu dalam negeri mencapai 200 juta unit. Sayangnya meskipun konsumsi lampu di dalam negeri sangat besar tapi hanya sedikit yang bisa dinikmati industri di dalam negeri.Pada tahun 2010, impor LHE yang semuanya berasal dari China mencapai 161,25 juta unit atau sekitar 60% dari total konsumsi lampu di dalam negeri. Industri lampu di China sendiri menurut John merupakan yang terbesar di dunia dan memasok 80% dari kebutuhan lampu dunia.John mengatakan industri lampu di dalam negeri tidak mampu bersaing dengan produk China karena lampu dari China bisa masuk ke Indonesia dengan tarif 0%. Sedangkan impor komponen lampu untuk produksi lampu di dalam negeri masih dibebani dengan bea masuk antara 5% hingga 10%. "Sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk produsen lampu di dalam negeri membengkak," kata John.Akibatnya, John bilang utilisasi industri lampu di dalam negeri tidak bisa maksimal yakni hanya sekitar 20%. Untuk menghidupkan industri lampu di dalam negeri menurutnya pemerintah perlu menetapkan program LHE gratis bagi masyarakat. Sedangkan impor lampu perlu dibatasi dengan cara memperketat verifikasi penerapan SNI dari lampu impor. Selain itu, penunjukan importir terdaftar (IT) elektronika harus diberikan kepada importir pedagang bukan produsen dan memperoleh lisensi dari principal atau perwakilan di dalam negeri.Direktur Industri Elektronik dan Telematika Kementerian Perindustrian, C Triharso mengatakan, untuk membatasi laju impor lampu dari China, pemerintah berusaha menarik investasi dari negeri tirai bambu agar memproduksi lampu di Indonesia. "Kami mendorong mereka untuk investasi bukan cuma untuk produksi komponen tapi juga lampu secara utuh," kata Triharso.Jika komponen lampu tersedia di Indonesia, maka industri lampu di dalam negeri juga akan terbantu karena biaya produksi bisa dipangkas. Daya saing industri lokal sendiri sebenarnya sudah bagus dan produknya sudah berstandar internasional.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News