JAKARTA. Selama tiga bulan pertama di tahun ini, kucuran kredit perbankan mulai melambat. Pertumbuhan melambat hampir di semua sektor, terutama sektor konsumer. Manajemen Bank Central Asia (BCA) mengakui, pertumbuhan kredit pada kuartal pertama tahun ini lebih lambat ketimbang pertumbuhan di kuartal pertama tahun lalu. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, menjelaskan yang paling terasa melambat adalah sektor konsumer. Hal itu terutama akibat tingkat bunga yang tinggi serta penerapan aturan
loan to value (LTV) yang diterapkan Bank Indonesia (BI) pada akhir tahun lalu.
Pengelola BCA menargetkan, pertumbuhan kredit konsumer hanya 10% di tahun ini. "Tahun lalu, kredit konsumer tumbuh tinggi. Terutama melalui penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) yang mencapai 30%. Tahun ini, baik KPR maupun kredit kendaraan bermotor (KKB) bisa lebih lambat," jelas Jahja. Secara umum, dia memproyeksikan, kucuran kredit BCA kembali membaik mulai kuartal kedua dan kuartal ketiga. Tahun ini, BCA memprediksi kredit hanya tumbuh 15%. Namun BCA akan melihat kondisi sampai September nanti. Jika kondisi membaik, Jahja berharap kredit BCA bisa tumbuh lebih tinggi. "Jika kondisi ekonomi bagus, pemilu lancar dan baik, kami harap kredit bisa tumbuh 18%," ungkap Jahja. Kredit Bank OCBC NISP juga seret di awal tahun. Direktur Utama OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, mengakui pertumbuhan penyaluran kredit di awal tahun ini lebih lambat dibandingkan periode sama tahun lalu. "Kredit di hampir semua sektor yang kami salurkan melambat. Dibandingkan tahun lalu memang lebih lambat dan sesuai arahan BI," kata dia.Tahun ini, OCBC NISP akan lebih fokus pada penyaluran kredit di sektor usaha kecil menengah (UKM). Porsi pkredit ini antara 55% sampai 60% dari total kredit OCBC NISP. Bank Permata juga merasakan perlambatan kucuran kredit. "Secara umum, pipeline kami cukup baik sejak awal tahun ini. Namun, sektor pertambangan masih tertekan, baik karena permintaan maupun harga komoditas yang belum membaik," tutur Direktur Wholesale Banking Permata, Roy A Arfandy.
Industri pertambangan juga terpengaruh Undang-Undang Minerba, yang membatasi ekspor tambang mentah seperti iron ore, nikel, bauksit dan lainnya. Untungnya, Permata tahun ini tak terlalu fokus menambah eksposur di sektor pertambangan. Bank Permata melihat, ada prospek cerah di sektor makanan, minuman dan penunjangnya. "Sektor ini tumbuh cukup baik dan mempunyai demand kredit khususnya untuk ekspansi usaha," tambah Roy, seraya menambahkan, ada peningkatan permintaan kredit sektor energi, termasuk minyak dan gas. Secara keseluruhan, Permata tahun ini lebih selektif menyalurkan kredit. Bank yang terafiliasi dengan Grup Astra International ini membidik pertumbuhan 15% - 17%. Bank Permata akan memprioritaskan kredit ke sektor yang masih sangat prospek. "Kami akan lebih selektif bagi industri tertentu yang masih terkendala kondisi makro," imbuh Roy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia