Kuartal-I 2015, produksi batubara anjlok 21%



JAKARTA. Masih rendahnya harga jual batubara di pasar internasional dan penurunan permintaan di luar negeri nampaknya mulai membuat perusahaan tambang di Tanah Air mulai mengerem produksinya.

Alhasil, sepanjang Januari hingga Maret 2015 produksi batubara nasional hanya mencapai 97 juta ton. Jumlah tersebut turun 21% dibandingkan dengan produksi Kuartal-I 2014 sebanyak 124 juta ton.

Pandu P Syahrir, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengatakan, penyebab utama penurunan produksi batubara nasional karena saat ini harga terus merosot sehingga pengusaha semakin sulit memperoleh margin. Kondisi tersebut tentu membuat pengusaha memilih untuk menghentikan aktivitas tambang sampai harga kembali membaik.


"Semakin banyak perusahaan yang mengerem produksi, karena tidak ada margin lagi dengan harga jual batubara yang sekarang," kata Pandu ketika dihubungi KONTAN, Selasa (21/4).

Asal tahu saja, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batubara acuan (HBA) per April 2015 sebesar US$ 64,48 per ton. Harga acuan tersebut turun sekitar 4,8% dibandingan HBA Maret yang ditetapkan sebesar US$ 67,76 per ton.

Menurut Pandu, saat ini hanya produsen batubara kalori rendah, namun pengusaha batubara kalori sedang juga mulai terkena dampak makin kecilnya margin yang diperolah. "Harga sekarang kurang lebih sudah turun lebih dari 50% dibandingkan tahun sebelumnya, margin perusahaan tambang banyak yang negatif," kata dia.

Sebelumnya, Bambang Tjahjono, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM mengatakan, indeks harga jual yang menjadi landasan penetapan HBA, seperti Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Export Index, serta New Castle Global Coal Index serentak mengalami penurunan. Namun, hanya Index Platts59 yang mengalami kenaikan karena umumnya merupakan batubara kalori tinggi.

Sementara, produksi batubara nasional turun 21% dibandingkan tahun 2014 lalu yang mencapai 124 juta ton. "Produksi hingga Maret 2015 sebanyak 97 juta ton, dengan rincian ekspor sebanyak 79 juta ton dan 18 juta ton merupakan penjualan domestik," kata Bambang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia