KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) mencatatkan pendapatan sebesar US$ 16,04 juta per kuartal I-2019. Angka ini naik 4.235% dari pendapatan kuartal I-2018 yang sebesar US$ 0,37 juta. Berdasarkan laporan keuangan BIPI, pendapatan ini berasal dari sewa pelabuhan sebesar 71,4% dan sewa crusher 28,6%. Di periode sama tahun sebelumnya, bisnis BIPI hanya berasal dari bisnis petambangan yang menyumbang 100% terhadap pendapatan perusahaan ini. Direktur Utama BIPI Ray Anthony Gerungan mengatakan, pencapaian pada triwulan pertama 2019 adalah hasil dari strategi BIPI dalam mengoptimalisasikan fokus di bidang infrastruktur pertambangan terintegrasi.
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id, Kamis (11/4), BIPI memang akan fokus menggarap bisnis infrastruktur batubara tahun 2019 ini. Seperti diketahui, perusahaan sebelumnya bermain di sektor migas. Akan tetapi, fluktuatifnya harga komoditas crude oil membuat perusahaan ini meninggalkan bisnis pertambangan minyak. Oleh karena itu, perusahaan ini akan lebih fokus pada penyediaan infrastruktur tambang batubara. Mulai dari dari pelabuhan, penghancur batubara, coal preparation plant (CPP) hingga
overland conveyor (OC). Hingga saat ini, unit usaha perusahaan yang dahulu bernama Bernakat Integra ini sudah tersebar di Sumatera, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Unit-unit usaha mereka tersebut dikelola oleh dua anak perusahaannya, yaitu PT Astrindo Mahakarya Indonesia dan PT Mega Abadi Jayatama. Sebagai informasi, PT Astrindo Mahakarya Indonesia lewat entitas anak PT Mitratama Perkasa dan PT Nusa Tambang Pratama memiliki kontrak jangka panjang dengan produsen batubara terbesar di Indonesia, yaitu PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia. Sementara itu, PT Mega Abadi Jayatama bermitra dengan perusahaan Thailand, Italthai, untuk mengoperasikan PT Putra Hulu Lematang. Selanjutnya, Direktur Keuangan BIPI Michael Wong mengatakan, kenaikan pendapatan ini juga disebabkan oleh langkah BIPI yang mulai mengonsolidasikan laporan keuangan PT Mitratama Perkasa sejak pertengahan 2018. Ia mengharapkan langkah ini dapat berlanjut dan dapat memberikan gambaran kinerja perusahaan dan entitas anak yang semakin baik di tahun 2019. Sejalan dengan peningkatan pendapatan, beban pokok pendapatan BIPI juga naik sebesar 421,3% menjadi US$ 2,45 juta. Pada periode sama tahun sebelumnya, beban pokok pendapatan BIPI adalah sebesar USS 0,47 juta. Kemudian, per kuartal I-2019, BIPI juga memperoleh laba kotor US$ 13,59 juta. Padahal, pada periode sama tahun sebelunya, BIPI masih mencatatkan rugi kotor sebesar US$ 0,10 juta. Dari sisi beban, BIPI mencatatkan penurunan pada beban keuangan. Beban keuangan BIPI per kuartal I-2019 turun 44% secara tahunan, dari US$ 21,99 juta menjadi US$ 15,27 juta.
“Keberhasilan restrukturisasi pinjaman di akhir tahun 2018 memberikan hasil yang sudah dapat terlihat di triwulan pertama 2019,” kata Michael dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/5). Penurunan beban tersebut membuat perusahaan ini dapat mencatatkan laba bersih sebesar US$ 8,61 juta per kuartal I-2019. Padahal, pada periode sama tahun sebelumnya BIPI merugi US$ 2,75 juta. Dari jumlah tersebut, laba bersih yang dapat diatribusikan pada entitas induk adalah sebesar US$ 6,05 juta, meningkat signifikan dari sebelumnya yang rugi US$ 2,46 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini