Kuartal I 2023, Pendapatan Surya Esa Perkasa (ESSA) Turun Menjadi US$ 87,8 Juta



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), perusahaan publik yang bergerak di sektor energi dan kimia melalui kilang Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan pabrik amoniak mencatatkan pendapatan sebesar US$ 87,8 juta atau turun 45% year on year (YoY) pada kuartal I-2023. 

Selain itu, ESSA membukukan EBITDA sebesar US$ 22,5 juta, atau turun 67% YoY pada tiga bulan pertama tahun ini.

Capaian pendapatan ESSA yang menurun terutama disebabkan oleh harga komoditas yang lebih rendah serta penutupan dan pemeliharaan terjadwal pabrik amoniak perusahaan selama 3 minggu. 


Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Pilihan dari Analis Sebelum Libur Panjang

"Pabrik amoniak ESSA telah beroperasi dengan produktivitas yang optimal dan efisien setelah berhasil menyelesaikan kegiatan pemeliharaannya," ujar Sekretaris Perusahaan ESSA Shinta D.U Siringoringo dalam siaran pers yang diterima Kontan, Jumat (28/4).

 
ESSA Chart by TradingView

Manajemen ESSA menyebut, harga amoniak global melemah pada kuartal I-2023, terutama pada bulan Maret seiring harga energi global yang kembali normal, sementara jumlah permintaan masih dalam pemulihan secara bertahap.

Selanjutnya, dengan dibukanya kembali China setelah Covid-19, membaiknya permintaan di sektor pupuk, dan kondisi Eropa yang tetap berada di bawah tekanan harga gas tinggi, maka ESSA memperkirakan harga amoniak akan kembali normal ke tingkat yang lebih baik pada paruh kedua tahun ini.

Baca Juga: BMRI dan SMGR Terbesar, Saham-Saham Ini Banyak Dijual Asing Kemarin

Lebih lanjut, sehubungan dengan progres proyek Blue Ammonia, ESSA dengan dukungan dari JOGMEC atau Japan Oil, Gas, and Metals National Corporation, Mitsubishi Corporation, Pertamina, dan LAPI ITB telah menyelesaikan Tahap 1 studi carbon capture dan sequestration. Saat ini, Tahap 2 terkait studi kelayakan sedang berlangsung. 

"Proyek ini akan menjadi tonggak penting bagi ESSA karena bertujuan untuk menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang memproduksi Blue Ammonia pada tahun-tahun mendatang," pungkas Shinta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli