JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia (GMF) mencatat realisasi pendapatan yang kurang menggembirakan sepanjang kuartal I lalu. Anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) itu baru mengantongi US$ 30 juta atau 16,7% dari total US$ 180 juta target pendapatannya tahun ini.Direktur Utama GMF Richard Budihadianto berdalih, pendapatan yang minim di awal tahun ini sudah ia perkirakan sebelumnya. "Kuartal I tahun ini belum begitu baik untuk bisnis perawatan. Maskapai masih menahan pesawat untuk di grounded belum dioperasikan," kata Richard.Akibatnya jumlah pesawat yang membutuhkan perbaikan maupun sekedar perawatan diawal tahun juga terbatas.Kondisi tersebut menurutnya juga terjadi di awal tahun lalu. Dimana maskapai mengistirahatkan sebagian pesawatnya karena permintaan penumpang untuk terbang setelah libur akhir tahun sangat rendah."Diperkirakan pada pertengahan atau akhir tahun kondisinya membaik. Karena permintaan akan tumbuh dan pesawat yang digunakan mulai membutuhkan perawatan," ujarnya optimis.Terlebih beberapa kontrak perawatan pesawat yang dibuat GMF dengan kliennya saat Singapore International Airshow 2010 awal Februari lalu, pekerjaannya akan dimulai kuartal III tahun ini."Karena pengirimannya dilakukan di akhir tahun, meskipun di awal tahun sudah teken kontrak," jelas Richard.Seperti diketahui, GMF meneken kontrak senilai US$ 63,2 juta dengan beberapa maskapai dalam maupun luar negeri pada Februari lalu. Rinciannya adalah US$ 27,5 juta dengan Triumph Air Repair asal Phoenix, Amerika Serikat untuk sub kontrak pekerjaan acceleration power unit (APU) pesawat milik maskapai Thailand selama lima tahun; US$ 6 juta untuk pekerjaan transceiver repair untuk jangka waktu 4 tahun milik maskapai Aircell.Ada juga pekerjaan US$ 9 juta untuk perawatan tiga unit Boeing 747 milik MaxAir asal Afrika Selatan; US$ 1 juta untuk perawatan ringan Boeing 747 milik China Air; terakhir perpanjangan kontrak melakukan C-Check dua pesawat Boeing 737-300 Freighter milik Cardig Air selama tiga tahun senilai US$ 19,7 Juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kuartal I, Pendapatan GMF US$ 30 Juta
JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia (GMF) mencatat realisasi pendapatan yang kurang menggembirakan sepanjang kuartal I lalu. Anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) itu baru mengantongi US$ 30 juta atau 16,7% dari total US$ 180 juta target pendapatannya tahun ini.Direktur Utama GMF Richard Budihadianto berdalih, pendapatan yang minim di awal tahun ini sudah ia perkirakan sebelumnya. "Kuartal I tahun ini belum begitu baik untuk bisnis perawatan. Maskapai masih menahan pesawat untuk di grounded belum dioperasikan," kata Richard.Akibatnya jumlah pesawat yang membutuhkan perbaikan maupun sekedar perawatan diawal tahun juga terbatas.Kondisi tersebut menurutnya juga terjadi di awal tahun lalu. Dimana maskapai mengistirahatkan sebagian pesawatnya karena permintaan penumpang untuk terbang setelah libur akhir tahun sangat rendah."Diperkirakan pada pertengahan atau akhir tahun kondisinya membaik. Karena permintaan akan tumbuh dan pesawat yang digunakan mulai membutuhkan perawatan," ujarnya optimis.Terlebih beberapa kontrak perawatan pesawat yang dibuat GMF dengan kliennya saat Singapore International Airshow 2010 awal Februari lalu, pekerjaannya akan dimulai kuartal III tahun ini."Karena pengirimannya dilakukan di akhir tahun, meskipun di awal tahun sudah teken kontrak," jelas Richard.Seperti diketahui, GMF meneken kontrak senilai US$ 63,2 juta dengan beberapa maskapai dalam maupun luar negeri pada Februari lalu. Rinciannya adalah US$ 27,5 juta dengan Triumph Air Repair asal Phoenix, Amerika Serikat untuk sub kontrak pekerjaan acceleration power unit (APU) pesawat milik maskapai Thailand selama lima tahun; US$ 6 juta untuk pekerjaan transceiver repair untuk jangka waktu 4 tahun milik maskapai Aircell.Ada juga pekerjaan US$ 9 juta untuk perawatan tiga unit Boeing 747 milik MaxAir asal Afrika Selatan; US$ 1 juta untuk perawatan ringan Boeing 747 milik China Air; terakhir perpanjangan kontrak melakukan C-Check dua pesawat Boeing 737-300 Freighter milik Cardig Air selama tiga tahun senilai US$ 19,7 Juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News