Kuartal III-2015, laba bersih INCO merosot 60%



JAKARTA. Kinerja keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tertekan. Hingga kuartal ketiga tahun ini, INCO meraup laba US$ 51,85 juta, merosot 60,22% dibandingkan laba kuartal ketiga tahun lalu senilai US$ 130,35 juta.

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turut menekan kinerja keuangan INCO. Meski laporan keuangan dalam dollar AS, emiten pertambangan ini membukukan rugi kurs US$ 9,3 juta.

Pasalnya, INCO memiliki aset rupiah, terutama piutang pengembalian pajak, yang harus dinilai kembali pada akhir periode pelaporan ketika rupiah tertekan. Di periode sama, pendapatan INCO menyusut 21% menjadi US$ 613,13 juta.


Sementara beban perusahaan menurun 7,68% dari sebelumnya US$ 538,1 juta menjadi US$ 496,74 juta di kuartal III 2015. "Kami terus melanjutkan efisiensi dan mengurangi biaya,” ujar Nico Kanter, Direktur Utama INCO, dalam pernyataan resminya, Kamis (22/10).

INCO terus menghemat penggunaan bahan bakar per unit produksi. INCO juga diuntungkan dari rendahnya harga Minyak Bakar Bersulfur Tinggi (HSFO), minyak diesel dan batubara. INCO berhasil mengurangi beban pokok pendapatan kas per unit ketimbang kuartal sebelumnya.

Bahkan, angka penurunan beban merupakan rekor terendah dalam lima tahun terakhir. Sampai kuartal ketiga tahun ini, INCO berhasil memproduksi 58.875 metrik ton nikel. Jumlah itu naik tipis 1,24% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Penjualan nikel INCO juga tumbuh 1,58% year on year menjadi 59.796 metrik ton. Hingga akhir 2015, manajemen INCO mempertahankan target produksi sekitar 80.000 metrik ton nikel.

Namun kini INCO memantau musim kemarau, yang diprediksi berkepanjangan. Kondisi ini bisa mempengaruhi ketersediaan listrik dari pembangkit listrik tenaga air di sekitar Soroako. Dus, INCO mengkaji alternatif lain serta melihat efeknya terhadap produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie