Kuartal III 2020, kinerja entitas usaha Trisula Corporation masih tertekan pandemi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja entitas perusahaan di bawah holding Trisula Corporation, PT Trisula International Tbk (TRIS) dan PT Chitose Internasional Tbk (CINT) masih tertekan akibat imbas pandemi Covid-19.

Meski TRIS dan anak usahanya PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) yang bergerak di sektor garmen sudah melakukan adaptasi dengan diversifikasi produk, tetap saja hingga periode 9 bulan tahun ini kinerja mereka masih belum memuaskan.

Melansir laporan keuangan TRIS di akhir September 2020, penjualan TRIS turun 20,94% year on year (yoy) menjadi Rp 8891,66 miliar. Namun, TRIS mencatatkan pertumbuhan laba bersih 52% yoy menjadi Rp 6,64 miliar.


Direktur Utama TRIS Santoso Widjojo menjelaskan kenaikan laba bersih yang dikontribusi ke pemilik entitas induk naik di akhir September 2020 bersumber dari kontribusi laba bersih setelah pajak dari anak usaha PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL).

Baca Juga: Pandemi, entitas usaha Trisula Corporation kompak menyasar segmen kesehatan

TRIS melakukan akuisisi BELL pada bulan Desember 2019 lalu, sehingga apabila dibandingkan dengan kuartal III 2019 porsi laba BELL tercatat pada dampak penyesuaian proforma.

"Usaha kami menjaga kinerja hingga tutup tahun adalah dengan efisiensi produksi dalam menjaga kinerja. Kami selalu melihat peluang yang ada sesuai dengan kebutuhan pasar tanpa mengesampingkan kualitas produk," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (10/11).

Di sisi lain, kinerja anak usaha TRIS, PT Trisula Textile Industries Tbk tertekan. Tercermin dari penurunan penjualan neto di akhir September 2020 sebanyak 3,7% menjadi Rp 433,25 miliar.

Bahkan emiten berkode saham BELL ini mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk senilai Rp 1,58 miliar di periode 9 bulan tahun ini.

Direktur BELL, R Nurwulan Kusumawati menjelaskan rugi bersih yang ditanggung BELL karena sampai saat ini masih ada pembatasan-pembatasan sehingga masih terdapat toko ritel yang tutup atau terbatas jam operasionalnya.

"PSBB jilid dua juga diberlakukan kembali di bulan September 2020 ini sehingga membatasi operasional BELL di pasar retail," kata Nurwulan.

Namun, Nurwulan mengungkapkan BELL tetap melakukan strategi lainnya dengan melakukan pemasaran secara online.

Sebenarnya, jika dilihat secara kuartal, laba bersih BELL mengalami perbaikan dari kuartal II 2020. Nurwulan bilang dampak dari pandemi global ini memang tidak bisa dimungkiri, namun terbukti performa BELL menjadi semakin resilien di tengah pandemi.

Tak bebas dari imbas korona, kinerja PT Chitose Internasional Tbk (CINT) juga terkontraksi. Selain mencatatkan penurunan penjualan hingga 20% yoy menjadi Rp 200,24 miliar, mereka turut membukukan  rugi bersih di akhir September 2020 senilai Rp 361,84 juta.

Padahal pada semester I 2020, CINT masih mencatatkan laba tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 1,21 miliar.

Sekretaris Perusahaan CINT Helina Widayani menjelaskan, penjualan yang diperkirakan akan recovery di kuartal III 2020 ternyata meleset hingga 40%-nya.

Baca Juga: BELL raih sertifikasi sistem manajemen lingkungan bertaraf internasional

Hal ini tercermin dari rata rata penjualan hingga akhir September 2020 yang masih relatif sama dengan semester I-2020, di mana penjualan lewat jaringan distribusi atau retail belum menunjukkan peningkatan bahkan turun 20%.

"Penyebabnya masih sama yaitu preferensi market masih untuk kesehatan, pembatasan masih terasa untuk pencegahan penyebaran Covid-19. Di sisi lain, pasar juga belum sepenuhnya ke arah investasi karena lebih fokus untuk bertahan di tengah situasi pandemi," kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (9/11).

Faktor lainnya, datang karena sektor yang biasanya cukup besar menyerap produk furnitur Chitose seperti pemerintah, sekolah, kantor, restoran, dan hotel belum bisa berjalan maksimal di masa pandemi Covid-19. Maka dari itu, proyeksi CINT untuk recovery di kuartal III 2020 belum sesuai harapan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto