KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi rumah tangga berpotensi mengalami akselerasi pada kuartal III-2022. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2022 di kisaran 5% hingga 5,5% dibanding periode di tahun sebelumnya. Asal tahu saja, pada kuartal II-2022, pertumbuhan konsumsi rumah tangga capai 5,51% secara tahunan. Aktivitas konsumsi rumah tangga masih kencang pada Juli 2022 hingga Agustus 2022. Meski setelah momen Ramadan dan Idul Fitri pada kuartal II-2022, pada bulan tersebut ada momen liburan sekolah yang menyundut aktivitas konsumsi.
Namun, pada bulan September 2022, David memang melihat ada perlambatan konsumsi rumah tangga karena tekanan inflasi. “Konsumsi rumah tangga pada Juli 2022 dan Agustus 2022 ini masih kencang. Namun, pada September 2022 ada peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mendorong inflasi, jadi tertahan,” tutur David kepada Kontan.co.id, Jumat (14/10).
Baca Juga: Menko Airlangga Pede Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Akhir 2022 Bisa Tembus 5,2% Sebenarnya, ini juga terlihat dari berbagai indikator dini. Seperti contohnya indeks keyakinan konsumen (IKK) pada September 2022 yang turun menjadi 117,2 dari 124,7 pada bulan sebelumnya. Sedangkan indeks penjualan riil (IPR) pada bulan tersebut juga turun menjadi 200,0 atau turun 0,9% secara bulanan. Menurut David, capaian ini akan menjadi puncak pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2022. Pasalnya, ada potensi pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat di kuartal IV-2022. Memang, ini merujuk pada faktor musiman. Biasanya, konsumsi rumah tangga maupun pertumbuhan ekonomi melambat di tiga bulan terakhir sebelum tutup tahun. Bisa juga karena jumlah hari kerja yang lebih sedikit karena terpotong hari libur Natal dan jelang Tahun Baru. Nah, khusus pada kuartal IV tahun ini, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga bisa tersendat karena dampak lanjutan (
second round impact) dari kenaikan harga BBM bakal terasa pada periode ini. Dengan demikian, ada potensi masyarakat menahan belanja, mengalihkan belanja ke barang konsumsi kualitas lebih rendah, dan kembali menyusun prioritas. David pun memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal IV-2022 bisa di sekitar 5% dibanding tahun sebelumnya, atau melandai dari perkiraan pertumbuhan konsumsi di kuartal III-2022. Ke depan, penting bagi pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat untuk menyokong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Apalagi, komponen ini merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. David mengimbau beberapa langkah yang bisa dilakukan pemerintah.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Barang pada September 2022 Diproyeksi Menyusut Pertama, memberikan bantuan kepada masyarakat miskin dan masyarakat rentan, serta masyarakat kelas menengah. Ia mengapresiasi langkah pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) bagi masyarakat rentan dan miskin. Juga program bantuan subsidi upah (BSU) untuk kelas menengah.
Kedua, pemerintah perlu menjamin distribusi makanan dan ketersediaan antar provinsi. Ini untuk menjaga inflasi untuk tidak merangkak lebih tinggi.
Ketiga, menjaga tingkat konsumsi masyarakat kelas atas. Untuk masyarakat kelas atas, memang mereka tidak perlu bantuan. Namun, pemerintah bisa mendorong psikologis mereka untuk belanja dengan menjamin kepastian pergerakan perekonomian. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari