KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati penjualan properti
high rise, seperti apartemen dan perkantoran mulai melandai, tetapi penyaluran kredit pemilikan rumah atau apartemen (KPR/KPA) masih tumbuh stabil. Berdasarkan data Bank Indonesia, penyaluran kredit sektor properti tumbuh 6,5% secara tahunan (YoY) pada September 2022, setelah di bulan sebelumnya tumbuh 5,4% YoY. Sementara untuk kredit KPR/KPA tumbuh stabil 7,7%. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya yang per September 2022, mencatat pencairan jenis agunan Apartemen/Rumah Susun mencapai sebesar Rp 127 miliar secara
year to date (YtD), dengan portfolio sebesar Rp 1,8 triliun. Per September 2022, jenis agunan Apartemen/Rumah Susun juga berkontribusi sebesar 3.73% dari total portfolio KPR Bank Mandiri, atau meningkat 89bps YoY.
SEVP Micro & Consumer Finance Bank Mandiri Josephus K. Triprakoso menyampaikan, bahwa per September 2022, NPL jenis agunan Apartemen/Rumah Susun masih terjaga dengan baik.
Baca Juga: Penyaluran KPR Bank Tumbuh Positif, Didorong Stimulus Pelonggaran DP 0% "Bank Mandiri tetap optimis tren penyaluran KPR, termasuk Apartemen/Rumah Susun, terus tumbuh positif melihat kemampuan daya beli dan kepercayaan diri masyarakat dan
developer yang mulai pulih dalam menghadapi pandemi," ungkap Josephus kepada kontan.co.id, Selasa (25/10). PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga menyatakan, sampai dengan Agustus 2022, realisasi kredit properti dengan objek apartemen tumbuh positif.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengaku, penyaluran KPR berobyek apartement memberikan dampak positif terhadap kinerja KPR BRI secara keseluruhan, meskipun nilainya tidak mendominasi apabila dibandingkan dengan KPR dengan objek
landed house. "NPL untuk KPR BRI berobjek apartement saat ini
manageable dan BRI menyalurkannya secara selektif," kata Aes. Menurutnya, tren kedepan diperkirakan kredit properti objek apartemen akan tetap tumbuh positif meskipun tidak sebesar kredit properti objek
landed house. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk menjaga kualitas KPA, BRI melakukan penyaluran secara selektif (
selective growth) serta melakukan monitoring ketat untuk KPA yang sudah disalurkan. Setali tiga uang, EVP Consumer Loan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Welly Yandoko mengakui, hingga kuartal III/2022 kinerja penyaluran kredit KPA BCA berjalan baik. Kendati demikian, dirinya tidak membeberkan lebih jauh berapa pertumbuhannya. "Di BCA, KPR dengan jaminan berupa rumah tapak masih sangat mendominasi dibanding
high rise. Untuk NPL KPA masih cukup terjaga di sekitar 1%," katanya.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Tahun Depan Diramal Masih Tumbuh Meski Resesi Menghantui Menurut Welly, tingkat permintaan atas hunian apartemen akan menjadi penggerak penerimaan jaminan berupa apartemen di bank. Walau begitu, kata Welly, kondisi makro ekonomi menjadi salah satu tantangan yang harus di hadapi bersama. Namun pihaknya optimis bahwa pemulihan ekonomi yang didukung berbagai kebijakan dan relaksasi dari pemerintah akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor properti. Berbeda dengan PT Bank Tabungan Negara (BTN) yang mencatat rasio NPL untuk segment kredit Konstruksi pada semester pertama tahun 2022 mencapai 23,11%, naik 133 bps jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021. Direktur
Remedial & Wholesale Risk Bank BTN Elisabeth Novie Riswanti menyatakan, kenaikan ini salah satunya juga dipengaruhi kondisi debitur yang belum sepenuhnya pulih karena pandemi Covid-19 sehingga penjualan unit melalui KPA maupun KPR juga belum sepenuhnya kembali normal. "Namun demikian Bank terus melakukan upaya-upaya kembali menyehatkan debitur dengan melakukan restrukturisasi maupun melakukan penyelesaian kredit untuk kredit-kredit yang sudah masuk kategori Macet. Untuk meningkatkan upaya penyelesaian kredit Bank juga aktif melakukan Lelang Property Expo maupun melalui cara-cara baru dengan
Bulk Sales," ungkap Elisabeth.
Baca Juga: Kebijakan DP 0% untuk KPR dan KKB Diperpanjang sampai Akhir Tahun Depan Secara internal, ia mengaku telah selesai menyiapkan berbagai hal untuk mendukung pelaksanaan
bulk sales tersebut, termasuk aturan dan kebijakannya. Saat ini BTN juga masih terus berkoordinasi dengan
stakeholder dan juga regulator agar
bulk sales ini memenuhi ketentuan-ketentuan dan juga GCG. "Diharapkan kegiatan dimaksud dapat terealisasi pada semester kedua tahun 2022 ini, dimana target tahap pertama
bulk sales dapat terealisasi sekitar Rp 1 triliun," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .