Kuartal III-2022 Tumbuh Kencang, Begini Target Bisnis Bank BRI Hingga Akhir 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan memacu bisnis hingga akhir 2022. Direktur Utama BRI Sunarso yakin penyaluran kredit di penghujung 2022 bisa tumbuh 9% hingga 11% secara tahunan.

“Sampai akhir 2022, kredit bisa tumbuh 9% hingga 11%. Target net interest margin (NIM) di antara  7,7% sampai 7,9%. Lalu, biaya kredit atau cost of credit (CoC) dijaga di level 2,7% sampai 2,9%, melanjutkan menjaga kualitas aset dengan non performing loan (NPL) akan kita kelola maksimal 2,8% sampai 3%,” ujar Sunarso secara virtual pada Kamis (24/11). 

Adapun hingga kuartal III 2022, kredit BRI secara konsolidasi telah tumbuh  7,9% secara tahunan menjadi Rp 1.111,4 triliun. Tahun 2023, BRI optimistis masih bisa terus melakukan ekspansi kredit secara berkelanjutan. BRI menargetkan kredit tahun depan tumbuh di kisaran 9%-11%.  


Baca Juga: Bank BRI (BBRI) Rilis MTN Senilai Rp 5 Triliun Tanpa Penawaran Umum

Sunarso mengatakan, target tersebut sangat besar buat BRI, mengingat outstanding kredit BRI secara grup saat ini sudah mencapai Rp 1.111,4 triliun. Untuk mencapai 10% saja, BRI harus menumbuhkan kredit Rp 111 triliun. Namun, menurutnya, target tersebut masih realistis. 

Pasalnya dalam untuk bisa tumbuh secara berkelanjutan, perbankan membutuhkan empat syarat dan semua dipenuhi BRI. 

"Pertama, bank harus jelas sumber pertumbuhan barunya. BRI memenuhi itu karena sudah ada holding ultra mikro sebagai sumber pertumbuhan baru," kata Sunarso.

Kedua, bank harus memiliki modal yang cukup. BRI secara grup tercatat saat ini memiliki capital  adequacy ratio (CAR) sebesar 26% dan secara bank only 24%. Ini merupakan dampak positif dari pembentukan holding ultra mikro dimana BRI melakukan rights issue kala itu. 

Menurut Sunarso, level CAR tersebut menunjukkan bahwa BRI punya modal yang berlebih untuk mencapai target pertumbuhan kredit itu mengingat untuk CAR 17,5% sebetulnya cukup untuk memenuhi basel III dan sebagai  countercyclical buffer. 

Ketiga, harus punya likuiditas yang cukup. Sunarso menyebut, likuiditas BRI sangat memadai yang tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) secara konsolidasi yang mencapai 88,51% per September 2022. Sedangkan LDR yang optimal ada di level 92%. Sehingga untuk memacu pertumbuhan, kata Sunarso, likuiditas BRI masih sangat cukup. 

Keempat, tumbuh secara sustain dengan menjaga pertumbuhan tersebut secara berkualitas. BRI telah memenuhi itu dengan mengelola pencadangan yang sangat besar guna mengantisipasi pemburukan kredit. 

Baca Juga: Simak Jurus BRI Melindungi Data dan Transaksi Nasabah dari Modus Penipuan Siber

Ia menyatakan dengan NPL BRI di level 3,14% hingga September 2022 sudah sangat terjaga untuk bank yang fokus menggarap sektor UMKM terutama ultra mikro. 

Sedangkan pencadangan terhadap kredit bermasalah atau NPL coverage BRI tercatat sebesar 278,79% per September 2022. Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL coverage di akhir kuartal III tahun lalu yang sebesar 252,86%. 

Pertumbuhan kredit BRI hingga kuartal III ditopang oleh segmen UMKM.  Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83% secara tahunan dari Rp 852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun di akhir September 2022. 

Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20%. Portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12% secara tahunan, segmen konsumer tumbuh 7,55%. 

Lalu, segmen kecil & menengah tumbuh 2,89% yoy, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24% secara tahunan, dimana hal tersebut selaras dengan upaya BRI untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM hingga mencapai 85%. 

Komitmen BRI untuk terus memperbesar porsi pembiayaan kepada segmen UMKM merupakan bukti nyata BRI untuk terus mendorong pemulihan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. 

"Peran aktif BRI dengan memberdayakan dan mendorong UMKM untuk terus tumbuh maka akan membuka dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengingat 97% lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM," pungkas Sunarso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi