KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Defisit neraca transaksi berjalan atau
current account deficit (CAD) Indonesia diperkirakan menyempit pada kuartal III 2024. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, CAD akan menyempit menjadi 0,78% dari produk domestik bruto (PDB), mengikuti pola musiman yang umum terjadi, atau turun dari 0,88% dari PDB pada kuartal II 2024. “Untuk keseluruhan tahun 2024, kami memperkirakan peningkatan moderat pada CAD, naik dari 0,16% dari PDB pada tahun 2023 menjadi 0,78% dari PDB,” tutur Josua kepada Kontan, Jumat (15/11).
Meningkatnya CAD tersebut, kata Josua, diperkirakan terus berlanjut hingga tahun 2025, dengan CAD yang semakin melebar hingga 1,22% dari PDB. Meningkatnya CAD ini, seiring dengan agenda ekonomi Presiden Prabowo yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Diprediksi Meningkat di Kuartal II-2024 Josua menambahkan, perkiraan CAD tersebut dengan memperhitungkan faktor-faktor utama seperti normalisasi harga komoditas secara bertahap dan potensi dampak dari melemahnya permintaan global, di tengah perekonomian China yang
slower-for-longer. Meski begitu, upaya hilirisasi yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah, yang akan membantu membatasi defisit sampai batas tertentu. Ia juga melihat, potensi penurunan suku bunga kebijakan global dapat mengurangi sebagian dampak dari penurunan harga komoditas. “Dari sisi impor, target Presiden Prabowo untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat meningkatkan permintaan bahan baku dan barang modal impor ke depannya,” kata Josua. Selain itu, faktor kunci yang perlu dipertimbangkan pemerintah tahun depan terhadap kondisi perdagangan Indonesia adalah, efek dari kemenangan Donald Trump pada pemilu Amerika Serikat 2024. Menurut Josua, kemenangan Trump akan meningkatkan risiko perang dagang 2.0, karena kebijakan ekonominya yang
inward looking atau berorientasi kedalam. “Hal ini dapat membatasi penurunan suku bunga kebijakan global lebih lanjut, dan memperburuk kondisi perdagangan global yang sudah rapuh,” terangnya.
Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Berpotensi Melebar Pada Kuartal II 2024 Lebih lanjut, sejalan dengan surplus neraca barang yang diperkirakan akan menurun, terindikasi dengan surplus perdagangan turun dari US$ 8,03 miliar menjadi US$ 6,53 miliar pada kuartal III 2024, Josua memperkirakan, defisit pendapatan primer akan menurun setelah mencapai puncaknya pada kuartal II 2024.
“Ini dipengaruhi pembayaran bunga atau kupon yang lebih tinggi secara musiman atas aset keuangan lokal kepada non-penduduk,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat