KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menggenjot kinerja operasional sepanjang periode sembilan bulan pertama 2023. Alhasil, volume penjualan batubara BUMI naik 5% secara year-on-year (yoy) menjadi 54,3 juta ton dari 51,9 juta ton di periode sama tahun lalu. Volume batubara yang ditambang juga naik 5% menjadi 56,2 juta ton dari sebelumnya 53,7 juta ton. Demikian pula volume pengupasan lapisan penutup alias overburden (OB) removal meningkat 20% menjadi 571,2 juta bank cubic meter (bcm) dari sebelumnya 475,5 juta bcm.
Hanya saja, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) BUMI per kuartal III-2023 menurun 28% secara year-on-year menjadi US$ 85,2 per ton. Per September 2022, ASP BUMI kala itu mencapai US$ 118,7 per ton. Hal ini membuat kinerja keuangan BUMI tertekan sepanjang periode Januari-September 2023, yang tercermin dari turunnya laba bersih hingga pendapatan di periode ini.
Baca Juga: Harga Jual Batubara Menggerus Kinerja Bumi Resources (BUMI) Emiten tambang batubara ini membukukan pendapatan senilai US$ 1,17 miliar, menurun 15,78% dari pendapatan per akhir kuartal III-2022 yang mencapai US$ 1,39 miliar. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan, apabila memasukkan kontribusi Kaltim Prima Coal (KPC), pendapatan konsolidasi BUMI sebesar US$ 4,76 miliar. Sedangkan, yang dicantumkan pada laporan keuangan per September 2023 sesuai PSAK 66 adalah US$ 1,17 miliar. Dileep menjabarkan, ada sejumlah faktor yang menekan kinerja BUMI sepanjang Januari-September 2023.
Pertama, harga batubara yang 3 kali lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai rekor level acuan.
Kedua, tarif royalti yang jauh lebih tinggi. Dileep mengatakan, kontribusi royalti kepada Pemerintah menyusun sekitar 40% dari pendapatan kotor BUMI. “BUMI menjadi pembayar royalti tertinggi di sektor batubara sejauh ini,” kata Dileep.
Ketiga, faktor kenaikan harga bahan bakar.
Keempat, faktor ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang memberi dampak ke sektor batubara, seperti konflik di Rusia dan Timur-Tengah.
Kelima, kenaikan produksi di China, India dan Indonesia. “Kondisi El Nino menyebabkan kenaikan supply dan peningkatan inventaris batubara,” kata dia.
Dengan faktor-faktor tersebut, BUMI membukukan laba bersih senilai US$ 58,26 juta per kuartal III-2023. Realisasi ini merosot hingga 84,05% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 365,49 juta. Akibatnya, laba per 1.000 saham BUMI menyusut menjadi US$ 0,16 dari sebelumnya US$ 3,11.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat