JAKARTA. Kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) hingga sembilan bulan pertama tahun 2013 melambat. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sepanjang kuartal ketiga tahun ini menjadi salah satu penghambat pertumbuhan kinerja TLKM.Direktur Keuangan TLKM Honesti Basyir menjelaskan, hingga September 2013, laba bersih TLKM diprediksi hanya naik 10% year on year (yoy) dari Rp 10 triliun menjadi Rp 11 triliun. Sementara, pendapatan perusahaan telekomunikasi ini akan meningkat sekitar 8%, dari Rp 56,86 triliun menjadi Rp 61,41 triliun.Sebagai perbandingan, pada periode yang sama 2012, laba bersih TLKM mampu tumbuh hingga 19,2% dibandingka tahun sebelumnya. Namun memang, pada saat yang sama, pendapatan TLKM hanya naik sebesar 7,6%.Honesti menerangkan, sebagian besar pendapatan di kuartal III-2013 masih berasal dari bsinis seluler dengan porsi kontribusi mencapai 60%. Masuk dalam kategori ini adalah layanan data, pesan singkat (SMS), dan suara (voice).Selebihnya, pendapatan TLKM berasal dari bisnis telepon tetap (fixed line). "Kalau Telkom International (Telin), kontribusinya masih kecil, hanya 2%," beber Honesti, Kamis (17/10).Perlambatan pertumbuhan laba bersih ini, lanjut Honesti, akibat pengeluaran TLKM yang banyak menggunakan dollar AS. Dari belanja modal alias capital expenditure (capex) TLKM yang bernilai Rp 20 triliun pada 2013, sebanyak 65% atau setara Rp 13 triliun berupa valuta asing. "Ada tekanan dari nilai tukar yang menghambat pertumbuhan. Namun, di industri telekomunikasi, pertumbuhan ini masih bagus," tutur Honesti.Sebagai catatan, hingga September lalu, TLKM sudah menggunakan belanja modal sebesar Rp 14 triliun. Angka ini setara dengan 70% dari anggaran belanja modal TLKM tahun ini. TLKM menggunakan sebagian besar belanja modal untuk pembangunan menara stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) dan pemasangan BTS.TLKM menambah 1.000 unit BTS per bulan. Alhasil, kini TLKM memiliki 14.000 unit BTS dan sekitar 4.000 menara. Nasib Mitratel di 2014.Demi mempertahankan kinerjan, TLKM juga melaksanakan ekspansi anorganik. Salah satunya adalah dengan mengembangkan PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).Sayang, ekspansi ini harus mundur dari rencana semula. Hingga saat ini, TLKM belum memutuskan pengembangan usaha Mitratel ke depan. Namun, setidaknya ada dua skema yang sedang direncanakan, yakni melalui skema backdoor listing atau penawaran umum perdana saham secara langsung.Awalnya, Honesti menargetkan aksi korporasi ini akan dilakukan di akhir September lalu. Namun, realisasinya mundur dan ditargetkan baru bisa terlaksana di kuartal I-2014.Rencana tersebut mundur lantaran TLKM masih menunggu penawaran dari perusahaan menara potensial. Salah satu perusahaan atau emiten yang sudah menyatakan minat membeli Mitratel adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).Meski demikian, Honesti menyebutkan, kini TLKM masih mencari rekanan strategis yang bisa memberikan penawaran tertinggi. "Calon partner kami masih me-review dulu, melihat kondisi makronya juga. Intinya akan dipilih mana yang paling tinggi nilai dan menguntungkan antara kedua opsi itu," tuturnya. Asal tahu saja, niat pelepasan Mitratel sudah ada sejak 2012.Jumat (18/10), saham TLKM naik 1,08% menjadi Rp 2.350 per saham. Berdasarkan konsensus analis yang ada di data Bloomberg, target harga TLKM saat ini Rp 2.483 per saham. Sebanyak 20 analis merekomendasikan beli saham TLKM, sementara 10 lainnya lebih memilih hold.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kuartal III, laba bersih TLKM meningkat 10%
JAKARTA. Kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) hingga sembilan bulan pertama tahun 2013 melambat. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sepanjang kuartal ketiga tahun ini menjadi salah satu penghambat pertumbuhan kinerja TLKM.Direktur Keuangan TLKM Honesti Basyir menjelaskan, hingga September 2013, laba bersih TLKM diprediksi hanya naik 10% year on year (yoy) dari Rp 10 triliun menjadi Rp 11 triliun. Sementara, pendapatan perusahaan telekomunikasi ini akan meningkat sekitar 8%, dari Rp 56,86 triliun menjadi Rp 61,41 triliun.Sebagai perbandingan, pada periode yang sama 2012, laba bersih TLKM mampu tumbuh hingga 19,2% dibandingka tahun sebelumnya. Namun memang, pada saat yang sama, pendapatan TLKM hanya naik sebesar 7,6%.Honesti menerangkan, sebagian besar pendapatan di kuartal III-2013 masih berasal dari bsinis seluler dengan porsi kontribusi mencapai 60%. Masuk dalam kategori ini adalah layanan data, pesan singkat (SMS), dan suara (voice).Selebihnya, pendapatan TLKM berasal dari bisnis telepon tetap (fixed line). "Kalau Telkom International (Telin), kontribusinya masih kecil, hanya 2%," beber Honesti, Kamis (17/10).Perlambatan pertumbuhan laba bersih ini, lanjut Honesti, akibat pengeluaran TLKM yang banyak menggunakan dollar AS. Dari belanja modal alias capital expenditure (capex) TLKM yang bernilai Rp 20 triliun pada 2013, sebanyak 65% atau setara Rp 13 triliun berupa valuta asing. "Ada tekanan dari nilai tukar yang menghambat pertumbuhan. Namun, di industri telekomunikasi, pertumbuhan ini masih bagus," tutur Honesti.Sebagai catatan, hingga September lalu, TLKM sudah menggunakan belanja modal sebesar Rp 14 triliun. Angka ini setara dengan 70% dari anggaran belanja modal TLKM tahun ini. TLKM menggunakan sebagian besar belanja modal untuk pembangunan menara stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) dan pemasangan BTS.TLKM menambah 1.000 unit BTS per bulan. Alhasil, kini TLKM memiliki 14.000 unit BTS dan sekitar 4.000 menara. Nasib Mitratel di 2014.Demi mempertahankan kinerjan, TLKM juga melaksanakan ekspansi anorganik. Salah satunya adalah dengan mengembangkan PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).Sayang, ekspansi ini harus mundur dari rencana semula. Hingga saat ini, TLKM belum memutuskan pengembangan usaha Mitratel ke depan. Namun, setidaknya ada dua skema yang sedang direncanakan, yakni melalui skema backdoor listing atau penawaran umum perdana saham secara langsung.Awalnya, Honesti menargetkan aksi korporasi ini akan dilakukan di akhir September lalu. Namun, realisasinya mundur dan ditargetkan baru bisa terlaksana di kuartal I-2014.Rencana tersebut mundur lantaran TLKM masih menunggu penawaran dari perusahaan menara potensial. Salah satu perusahaan atau emiten yang sudah menyatakan minat membeli Mitratel adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).Meski demikian, Honesti menyebutkan, kini TLKM masih mencari rekanan strategis yang bisa memberikan penawaran tertinggi. "Calon partner kami masih me-review dulu, melihat kondisi makronya juga. Intinya akan dipilih mana yang paling tinggi nilai dan menguntungkan antara kedua opsi itu," tuturnya. Asal tahu saja, niat pelepasan Mitratel sudah ada sejak 2012.Jumat (18/10), saham TLKM naik 1,08% menjadi Rp 2.350 per saham. Berdasarkan konsensus analis yang ada di data Bloomberg, target harga TLKM saat ini Rp 2.483 per saham. Sebanyak 20 analis merekomendasikan beli saham TLKM, sementara 10 lainnya lebih memilih hold.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News