Kuartal III, laba SMF naik 21,3%



YOGYAKARTA. Kinerja keuangan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF selama sembilan bulan di tahun ini cukup kinclong. Per September 2014, perusahaan pembiayaan pelat merah ini membukukan laba bersih Rp 131 miliar. Angka tersebut meningkat 21,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pencapaian ini didukung peningkatan jumlah akumulasi penyaluran pinjaman SMF. Hingga akhir triwulan ketiga tahun ini, total penyaluran pinjaman SMF sudah mencapai Rp 9,87 triliun, meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp 8,06 triliun.

Namun, dari sisi sumber pendanaan, perusahaan pembiayaan sekunder ini belum memenuhi target. Penerbitan surat utang SMF hingga kuartal III-2014 masih sekitar Rp 1,3 triliun, atau 43,3% dari target penerbitan tahun ini, yaitu Rp 3 triliun. Untuk mendapatkan tambahan pendanaan dari obligasi, saat ini, perusahaan sedang menyiapkan proses penerbitan surat utang senilai Rp 500 miliar.

Direktur Utama SMF, Raharjo Adisusanto mengakui, emisi obligasi tahun ini masih jauh dari target. Meski demikian, ia menegaskan, tidak ada keharusan bagi SMF untuk menerbitkan sebesar target. "Kami harus menyesuaikan dengan kondisi pasar, mempertimbangkan tingkat kupon dan peluang penyerapan, terlebih di tengah suku bunga yang terbilang tinggi saat ini," ujarnya, Jumat malam (31/10).

Seperti diketahui, SMF mendapatkan sumber pendanaan melalui penerbitan obligasi dan sekuritisasi aset. Adapun untuk memenuhi target pendanaan dari sekuritisasi aset pada tahun ini senilai Rp 1,5 triliun, perusahaan pun sedang memproses rencana sekuritisasi aset sebuah perbankan.

"Rencana nilainya sesuai target tahun ini. Diperkirakan pekan depan sudah ada kepastian penerbitan, karena masih menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," ungkap Raharjo.

Sayang, ia belum bersedia mengungkapkan bank yang asetnya akan disekuritisasi. "Yang jelas bank yang termasuk dalam Buku Empat," imbuhnya.

Raharjo memperkirakan, tantangan bisnis pembiayaan ke depan akan lebih berat. Aadanya potensi kenaikan suku bunga akibat rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bakal menambah beban bagi SMF dalam mencari sumber pendanaan maupun penyaluran kredit.

Makanya, ia berharap ada dukungan dari pemerintah bagi SMF sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Harapan kami ada support untuk bisa mendapatkan dana-dana yang lebih murah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan