JAKARTA. Harga komoditas yang melemah membuat penjualan PT Timah (Persero) Tbk (TINS) ikut meleleh. Sepanjang kuartal pertama lalu, TINS membukukan penjualan US$ 100,43 juta dari bisnis timahnya. Angka tersebut turun 0,2% dari US$ 100,64 juta di periode yang sama tahun sebelumnya. Pada periode Januari-Maret, TINS tercatat menjual timah 5.304 ton dengan rata-rata harga jual US$ 18.936 per ton. Sedangkan di kuartal pertama tahun lalu, TINS menjual 4.319 ton timah. Namun, harga timah kala itu berada di posisi US$ 23.302 per ton. Lebih lanjut, produksi bijih timahnya naik 7,08% dari 6.213 ton menjadi 6.653 ton. Lalu produksi logam timah meningkat 37,08% dari 5.148 ton ke posisi 7.057 ton.
"Operasional kuartal pertama cukup bagus. Tapi yang turun harga rata-rata timah," kata ucap Direktur Utama TINS, Sukrisno, dalam paparan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, (23/4). Karena harga komoditas yang tengah melamah, Sukrisno menyebut TINS berusaha mengerem penjualan dan produksi timahnya. Karena jika hanya mengurangi penjualan tanpa mengurangi produksi, Sukrisno berpendapat TINS bisa mengalami defisit.