Kuartal satu, serapan capex SRIL baru 4%



JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk belum ekspansif di kuartal pertama kemarin. Alhasil emiten yang akrab disebut SRIL ini baru menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 4,4 juta. Nilai tersebut porsinya hanya 4,23% terhadap total capex tahun ini sebesar US$ 104 juta. "Kuartal satu tidak banyak. Karena untuk pembangunan pabrik sudah ada yang dibayarkan atau down payment di 2014," ucap Welly Salam, Sekretaris Korporasi SRIL, kepada KONTAN, Selasa, (12/5). Welly menyebut, capex SRIL akan banyak terserap di kuartal ketiga. Menurutnya, sebagian besar mesin untuk kebutuhan pabriknya akan datang di waktu tersebut. Sedangkan saat ini, capex yang SRIL kucurkan baru untuk bangunan pabrik. Dari total capex tahun ini, US$ 10 juta dianggarkan untuk membangun pabrik garmen, US$ 45 juta untuk pabrik finishing, US$ 30 juta untuk pabrik weaving, dan US$ 19 juta untuk pabrik spinning. Nantinya, kapasitas produksi garmen SRIL akan menjadi 30 juta potong, finishing menjadi 240 juta yard, weaving menjadi 180 juta sampai 240 juta meter, dan spinning menjadi 610.000 mata pintal per tahun. Pabrik tersebut ditargetkan rampung di 2017. Sepanjang kuartal pertama kemarin, SRIL mengumpulkan laba US$ 14,84 juta atau naik 12,33% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Raihan laba itu telah memenuhi 30,14% target laba 2015. Sementara, pendapatan SRIL tumbuh 11,05% dari US$ 141,72 juta ke posisi US$ 157,39 juta. Pendapatan tersebut mencapai 26,52% target tahun ini. Welly melihat bahwa SRIL menghadapi tantangan perlambatan ekonomi dan daya beli masyarakat. Namun menurutnya, hal itu tak akan berdampak signifikan. Sebab segmentasi pasar SRIL tak hanya berfokus di dalam negeri. Apalagi SRIL telah melakukan ekspor ke lebih dari 100 negara. Jika pasar domestik melemah, ia bilang SRIL akan menggenjot ekspor. Pada kuartal pertama kemarin, porsi pendapatan domestiknya masih mendominasi dengan porsi 54,1% dan ekspor 45,9%. Welly berharap, porsi penjualan domestik dan ekspornya seimbang dengan porsi masing-masing 50%.  Selain itu, ia berharap realisasi adanya pemerintah dalam menggenjot infrastruktur. Soalnya, pembangunan jalan dapat memudahkan proses distribusi perseroan. Kemudian ketersediaan listrik bisa membantu kestabilan suplai produknya. Dalam jangka panjang, Welly bilang SRIL berencana masuk ke bisnis ritel. Skemanya bisa melakukan akuisisi, mengembangkan merek sendiri, atau membentuk joint venture.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan