Kuasai aset, OJK awasi konglomerasi



JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengindikasikan ada 32 konglomerasi keuangan yang menguasai 70% jumlah aset sektor keuangan. Nilai aset 32 konglomerasi itu setara Rp 6.526 triliun.

Hingga kemarin (5/11), sudah 12 konglomerasi perbankan mempresentasikan konglomerasinya kepada OJK. Sebelum tahun 2015, OJK meminta 18 konglomerasi lain juga melakukan hal serupa.

Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Rachmat Waluyanto menyatakan, ada sisi manfaat dan risiko dari keberadaan konglomerasi. Manfaatnya meliputi kekuatan permodalan dan dukungan tenaga kerja yang profesional.


Sementara risikonya adalah kalau grup konglomerasi melakukan kegiatan bisnis berisiko (adverse selection), bertindak merugikan kepentingan publik demi keuntungan grup (moral hazard), menghindari aturan demi memberi manfaat kepada grup (regulatory orbitrage). "Salah satu penyebab utama krisis ekonomi 1997-1998 adalah konglomerasi," tutur Rachmat, kemarin.

Oleh sebab itu, pada akhir tahun 2014 OJK akan segera merilis aturan konglomerasi industri keuangan. Budi Armanto, Kepala Departemen Pengembangan, Pengawasan, dan Manajemen Krisis OJK menyebut, OJK akan menerbitkan tiga macam aturan, yaitu penerapan manajemen risiko terintegrasi, tata kelola terintegrasi dan permodalan terintegrasi.

Dua ketentuan yang akan keluar tahun ini adalah penerapan manajemen risiko terintegrasi dan tata kelola terintegrasi. Sedangkan, satu aturan lain terbit awal 2015. Sebagai permulaan, bank katagori BUKU IV wajib melaporkan struktur konglomerasinya mulai Juni 2015. Sedangkan, pengawasan atas seluruh konglomerasi baru mulai dilakukan di akhir tahun 2015.

"Ke depan, kami mengawasi sampai ke anak, cucu, cicit perusahaan," imbuh Endang Kussulanjari Tri Subari, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan II OJK.

Sejumlah bank sudah mengantisipasi hal ini. "Kami ada satu direktur khusus yang mengawasi anak perusahaan serta permodalan anak usaha," kata Gatot M. Suwondo, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk, beberapa waktu lalu.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia