JAKARTA. Menjelang akhir tahun 2013, kredit perbankan mengalami perlambatan. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) posisi terakhir kredit perbankan sebesar Rp 3.244,7 triliun pada November 2013 atau tumbuh 21,9% dibandingkan Rp 2.661 triliun per November 2012. Kredit tersebut terdiri dari kredit jenis Rupiah sebesar Rp 2.712,9 triliun dan valuta asing (valas) Rp 531,8 triliun. Peter Jacob, Direktur Departemen Komunikasi BI, menyampaikan, perlambatan kredit semakin nampak jika dihitung menggunakan kurs tetap untuk menghilangkan dampak depresiasi nilai tukar Rupiah yakni menjadi 18,0% year on year (yoy) pada November 2013. "Sementara itu, melemahnya kegiatan ekonomi domestik berdampak pada penyaluran kredit untuk kegiatan produksi," papar Peter, pada data yang diterima KONTAN, Rabu (8/1). Kredit terbesar mengalir pada jenis kredit modal kerja (KMK) sebesar Rp 1.543,8 triliun per November 2013. Pinjaman ini mengalir pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 550,3 triliun dan sektor industri pengolahan sebesar Rp 400,2 triliun. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih masih terkecil senilai Rp 14,5 triliun dan sektor pengangkutan dan komunikasi senilai Rp 58,4 triliun. Sementara porsi pinjaman untuk kredit investasi (KI) sebesar Rp 771,3 triliun pada November 2013. KI terbesar untuk sektor industri pengolahan sebesar Rp 140,1 triliun, kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran senilai Rp 135,4 triliun, serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 105,5 triliun. Nah, kredit investasi ini porsinya lebih rendah dibandingkan kredit konsumsi (KK) mencapai Rp 929,6 triliun. Namun pertumbuhan konsumsi ini lebih rendah yakni hanya 15,4% dibandingkan posisi November 2012 senilai Rp 805,5 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kucuran kredit bank per November Rp 3.244 triliun
JAKARTA. Menjelang akhir tahun 2013, kredit perbankan mengalami perlambatan. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) posisi terakhir kredit perbankan sebesar Rp 3.244,7 triliun pada November 2013 atau tumbuh 21,9% dibandingkan Rp 2.661 triliun per November 2012. Kredit tersebut terdiri dari kredit jenis Rupiah sebesar Rp 2.712,9 triliun dan valuta asing (valas) Rp 531,8 triliun. Peter Jacob, Direktur Departemen Komunikasi BI, menyampaikan, perlambatan kredit semakin nampak jika dihitung menggunakan kurs tetap untuk menghilangkan dampak depresiasi nilai tukar Rupiah yakni menjadi 18,0% year on year (yoy) pada November 2013. "Sementara itu, melemahnya kegiatan ekonomi domestik berdampak pada penyaluran kredit untuk kegiatan produksi," papar Peter, pada data yang diterima KONTAN, Rabu (8/1). Kredit terbesar mengalir pada jenis kredit modal kerja (KMK) sebesar Rp 1.543,8 triliun per November 2013. Pinjaman ini mengalir pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 550,3 triliun dan sektor industri pengolahan sebesar Rp 400,2 triliun. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih masih terkecil senilai Rp 14,5 triliun dan sektor pengangkutan dan komunikasi senilai Rp 58,4 triliun. Sementara porsi pinjaman untuk kredit investasi (KI) sebesar Rp 771,3 triliun pada November 2013. KI terbesar untuk sektor industri pengolahan sebesar Rp 140,1 triliun, kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran senilai Rp 135,4 triliun, serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 105,5 triliun. Nah, kredit investasi ini porsinya lebih rendah dibandingkan kredit konsumsi (KK) mencapai Rp 929,6 triliun. Namun pertumbuhan konsumsi ini lebih rendah yakni hanya 15,4% dibandingkan posisi November 2012 senilai Rp 805,5 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News