Kumbasari bertahan berkat tradisi upacara (1)



BALI. Selain keindahan alam, ciri khas lain Pulau Bali adalah berbagai upacara keagamaan yang dilaksanakan penduduknya. Sebagai pulau dengan mayoritas masyarakat beragama Hindu, di sana kerap digelar aneka upacara rutin, baik di tingkat keluarga hingga kabupaten.Untuk menunjang upacara, masyarakat membutuhkan berbagai perlengkapan ibadah. Inilah yang memacu munculnya para pedagang aneka perlengkapan upacara bagi umat Hindu. Salah satunya, Pasar Kumbasari di Denpasar, Bali.Lokasi pasar ini bersebelahan dengan Pasar Badung. Di sana, ada sekitar 50 kios yang menjual aneka perlengkapan upacara, mulai dari bunga, janur, daun enau, bokor, ban, wanci, dan tikar.Salah satu pedagang di Pasar Kumbasari, Ni Made Ayu berkisah, bangunan pasar itu berdiri sekitar 35 tahun silam. Namun, sebelum ada bangunan pasar, beberapa pedagang sudah memulai berjualan peralatan upacara di sana. "Ayah saya sudah mulai jualan di wilayah ini sejak 1960-an," tuturnya.Sebelum ada bangunan pasar, para pedagang masih menggunakan payung besar sebagai tempat berdagang. Barulah, ketika 1977, gedung dibangun, para pedagang pindah ke dalam gedung dan berjualan dalam kios-kios. Penjual peralatan upacara menempati lantai dasar.Ayu meneruskan usaha sang ayah sejak 1990. Seiring perkembangan usaha, kini ia sudah punya empat kios.  "Kios-kios kami jadikan satu. Di sini kami menjual semua bahan upacara, mulai dari yang terkecil sampai terbesar," ujarnya. Harga perlengkapan upacara ini dijual mulai Rp 1.000 hingga ratusan ribu rupiah.Pedagang lainnya, Ketut Rai, sudah menjual peralatan upacara sejak 1993. Ia bilang, masyarakat Bali tak terlepas dari upacara maupun sembahyang harian. "Hampir setiap hari ada upacara. Jadi, perlengkapan upacara pasti selalu dicari," klaimnya.Ia bilang, salah satu upacara yang paling sering diadakan dan dianggap penting adalah Ngaben atau pembakaran jenazah. Upacara ini penting karena perwujudan rasa sayang dan hormat dari orang-orang yang ditinggalkan. Selain Ngaben, masih ada pula upacara ogoh-ogoh, nyepi, upacara tumpek bubuh, tumpek kandang, dan tumpek landep.Selain upacara keagamaan yang resmi, masih ada pula upacara untuk pengantin, pembangunan pura atau candi, upacara kelahiran anak dan sembahyang harian.Pembeli peralatan upacara ini datang dari berbagai wilayah di Pulau Bali, seperti Singaraja, Klungkung dan Gianyar. "Saya juga pernah melayani pembeli umat Hindu dari luar kota, seperti Sulawesi," ujar Ketut. Bahkan, kata Ayu, ada pula pembeli yang menggunakan peralatan upacara itu sebagai pajangan atau peralatan rumah tangga. "Mungkin karena bentuknya unik, ada pembeli dari Jakarta yang beli untuk dijadikan alat makan," imbuhnya.Dalam sebulan, Ayu bisa meraup omzet Rp 30 juta hingga Rp 60 juta. Sementara, Ketut bilang, omzetnya berkisar Rp 20 juta hingga Rp 50 juta sebulan.  (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini