Kunci pertumbuhan ekonomi di implementasi anggaran



JAKARTA. Walau RAPBN-P 2015 sudah lebih baik, namun kunci pertumbuhan ekonomi terletak pada implementasi anggaran di lapangan. 

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengakui, struktur anggaran yang dirancang pemerintah sudah jauh lebih baik. Anggaran untuk belanja infrastruktur yang diperbesar adalah keharusan untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Dobrakan lain yang bisa dilakukan pemerintah adalah mengecilkan birokrasi pemerintahan. Banyaknya satuan kerja kementerian/lembaga yang menyebabkan tingginya belanja pegawai ataupun belanja barang harus diperkecil. Kalau ini bisa dilakukan maka alokasi belanja untuk hal produktif seperti infrastruktur bisa lebih besar lagi.


Di sisi lain, yang perlu diperhatikan pemerintah adalah implementasi anggaran. "Selama ini terkendala di paruh pertama belanja yang masih susah," terangnya ketika dihubungi KONTAN, Jumat (9/1). Kendala di lapangan harus bisa diperbaiki agar serapan bisa lebih cepat dan pertumbuhan ekonomi bisa tertolong.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai, selama ini kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan sangatlah rendah. Melihat data pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014, sumber pertumbuhan yang berasal dari pengeluaran pemerintah hanya 0,33% dari pertumbuhan 5,01%. 

Kontribusi ini harus diperbesar karena komponen pertumbuhan lainnya seperti investasi dan ekspor sulit diharapkan tahun ini. Untuk mengejar itu, dibutuhkanlah anggaran belanja infrastruktur yang lebih besar dan implementasi anggaran menjadi kunci. Melihat pola penyerapan pemerintah yang selalu minim dan melonjak di akhir tahun, ia melihat ekonomi tahun ini maksimal hanya tumbuh 5,6%.

Mengenai defisit anggaran, menurut Lana, defisit besar tidak menjadi masalah asalkan realistis. Perihal defisit adalah perihal penerbitan utang. "Jangan sampai penyerapan anggaran tidak sempurna, defisit diperlebar. Jadinya utang diperbesar namun tidak digunakan," pungkas Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa