KONTAN.CO.ID - KUNJUGAN Perdana Menteri India Narendra Modi ke Amerika Serikat (AS) merupakan kesempatan yang baik. Pasalnya, Modi dapat menawarkan potensi negara kepada para eksekutif dan investor perusahaan AS di mana perekonomian India sedang berkembang pesat. Perkembangan perekonomian India ini ditandai dengan tolak ukur ekuitas ada pada rekor tertinggi dan pasar konsumen juga yang sedang meningkat tajam. Dilansir dari
Bloomberg, Kamis (22/6), saham-saham di India telah menarik hampir US$ 10 miliar arus modal asing sejak Maret 2023, angka ini menjadi yang terbesar dalam kuartal mana pun sejak akhir 2020.
Obligasi dengan mata uang Rupee berada di jalur yang tepat untuk menyaksikan rekor pembelian bulan terpanjang oleh dana luar negeri dalam empat tahun terakhir. Sementara, Bank Amerika mencatat, US dollar menawarkan imbal hasil terbaik kedua di Asia pada tahun ini. Atas kunjungan Modi ke AS juga membuat Tesla Inc kemungkinan akan melakukan investasi yang signifikan di India.
Baca Juga: Penarikan Uang Kertas 2.000 Rupee, Apa Dampaknya bagi Perekonomian India? Hal ini didukung pula oleh pernyataan Elon Musk selaku Chief Executive Officer Tesla Inc bahwa Ia sudah mengadakan pertemuan dengan Narendra Modi dan mendesak pendiri Bridgewater Associates Ray Dalio untuk melakukan pendalaman investasi di India. Ekonom di Citigrup Inc Samiran Chakraborty dan Baqar Zaidi menyampaikan bahwa saat ini India sedang ada dalam masa Goldilocks. Dibarengi dengan dorongan indeks acuan NSE Nifty 50 Index ke level tertinggi sepanjang sejarah dengan kenaikan mencapai 9% pada kuartal ini. India dianggap memiliki daya tarik pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang stabil, politik yang stabil serta kebijakan moneter yang mendukung membuat para investor tertarik pada India. Karena hal ini pula India terlihat menonjol di tengah ekonomi global yang melambat. Para investor juga terlihat bersedia mempertahankan posisi mereka di India meskipun mengalami valuasi yang tinggi. “Tidak ada kekhawatiran akan pembalikan arus portofolio ini dengan segera,” ujar Ekonom Citigrup. Bukan hanya Tesla Inc, para analis di UBS Global Wealth Management dan Societe Generale juga telah meningkatkan ketertarikan mereka pada negara dengan penduduk sebanyak 1,4 miliar ini.
Baca Juga: Punya Kemiripan, Sri Mulyani Bandingkan Indonesia dengan India Para investor juga mengunci imbal hasil yang tinggi pada surat utang India dalam mata uang Rupee karena bank sentral terlihat akan menahan suku bunga sampai awal tahun depan. Imbal hasil obligasi 10 tahun terakhir juga telah turun sekitar 40 basis poin dari level tertingginya di bulan Maret, dibantu oleh pelonggaran inflasi dan jeda yang mengejutkan oleh Reserve Bank of India pada bulan April 2023. Analis Standard Chartered salah satunya Nagaraj Kulkarni mengatakan bahwa dari tahun ke tahun pasar telah menyuplai dengan lancar karena inflasi yang moderat dan adanya ekspektasi akan memuncaknya kebijakan suku bunga di India.
“Kami mempertahankan pandangan positif kami,” tulis Nagaraj. Obligasi dollar yang diterbitkan oleh beberapa perusahaan India juga mengungguli perusahaan regional lainnya. Kesehatan keuangan perusahaan yang membaik dan juga rasio aset bermasalah di bank-bank yang mendekati titik terendah dalam jangka satu dekade yang telah meningkatkan daya tarik utang korporasi. Keuntungan yang didapatkan dari obligasi India mencapai angka lebih dari 5% kepada para investor pada kuartal ini bahkan ketika utang dengan imbal hasil tinggi di RRT mencatat kerugian yang mencapai lebih dari 9%.
Editor: Yudho Winarto