KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor hiburan termasuk bisnis bioskop menjadi salah satu sektor usaha yang paling terpukul pandemi Covid-19. Kondisi itu juga dirasakan oleh emiten pengelola jaringan bioskop CGV di Indonesia, PT Graha Layar Prima Tbk (
BLTZ). Selain faktor pandemi covid-19 yang berdampak terhadap mobilitas masyarakat, Head of Operations CGV Indonesia Diana Abbas mengungkapkan, bisnis bioskop juga tergantung pada ketersediaan film yang ditawarkan kepada pelanggan. Dalam hal ini, kondisi awal tahun 2021 lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Pasalnya, studio film dunia kembali percaya diri untuk meneruskan rencana penayangan yang sempat tertunda pada 2020. Tiga film utama yakni A Quiet Place Part II, Fast & Furious 9, dan The Conjuring: The Devil Made Me Do It, misalnya, cukup sukses mendongkrak kunjungan ke bioskop CGV.
"Kepercayaan masyarakat terlihat dari jumlah kunjungan yang cukup baik. Mudah-mudahan kondisi ke depannya semakin membaik dan film-film yang direncanakan rilis akan tetap on schedule, sehingga bisa membantu kestabilan bisnis bioskop," kata Diana dalam public expose yang digelar Kamis (22/7).
Baca Juga: Akibat PPKM darurat, Graha Layar Prima (BLTZ) menutup sementara 68 bioskop CGV Head of Sales and Marketing BLTZĀ Manael Sudarman menambahkan, tingkat kunjungan ke bioskop CGV pada periode Januari sampai Mei 2021 sejatinya sudah mulai bertumbuh hingga rata-rata bulanan mencapai 60%. Kondisi ini didukung dengan periode summer blockbuster terkait ketersediaan dan pasokan film yang diminati masyarakat. Sayangnya, momentum pertumbuhan tersebut tak bisa berlanjut saat kasus covid-19 kembali melonjak dan pemerintah menetapkan PPKM darurat hingga PPKM level 3-4 sampai dengan 25 Juli nanti. BLTZ pun harus menutup sementara operasional 68 bioskop CGV di Indonesia. Akibatnya, BLTZ masih wait and see terhadap kondisi dan kebijakan terkait pandemi untuk memproyeksikan capaian bisnis, maupun rencana ekspansi penambahan bioskop baru pada tahun ini. "Secara line up sebenarnya sudah ada (rencana penambahan bioskop), tapi kami belum bisa komitmen. Harus kami pastikan secara pemasukan nantinya bisa menutupi biaya operasional, kami lihat kondisinya dulu," ungkap Manael saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (22/7). Namun dari sisi kinerja bisnis, Manael masih melihat peluang untuk bisa mengantongi kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Alasan utamanya, kondisi ketersediaan film tahun 2021 berbeda dibandingkan 2020. Manael memberikan gambaran, saat bioskop kembali dibuka pada Oktober 2020 lalu, bisnis bioskop terkendala minimnya pasokan film yang dapat menarik minat masyarakat. Apalagi, kondisi negara-negara produsen film pada tahun lalu masih dalam kondisi lockdown atau mengurangi aktivitas. Namun untuk tahun ini, ketersediaan film lebih terjaga dengan beberapa film box office yang rencananya akan dirilis tahun ini. Seperti Shang-Chi, The Eternals, James Bond: No Time To Die, Top Gun: Maverick, hingga The Matrix 4. Apalagi dengan adanya stimulus pemerintah terkait program promosi film-film dalam negeri, diharapkan bisa turut mendongkrak kunjungan bioskop pada periode semester kedua. Dengan catatan, pandemi covid-19 bisa tertangani.
"Kalau melihat tren, pertumbuhan trafik di Januari-Mei luar biasa, ditambah lagi dengan ketersediaan film yang semakin banyak, seharusnya jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Tapi kami masih terus memantau kondisi perkembangan covid dan kebijakan pemerintah," kata Manael. Dia melanjutkan, BLTZ akan meneruskan sejumlah strategi bisnis di tahun ini. Terutama yang terkait dengan promosi serta kemudahan pembelian tiket dan pembayaran berbasis online alias layanan tanpa sentuh (touchless services). BLTZ juga akan memperkuat kerjasama dengan mitra strategis seperti e-commerce, fintech dan banking. "Beberapa yang ingin kami kembangkan adalah kerjasama dengan e-commerce atau market place untuk bisa memasarkan produk dan services yang ada di CGV," tambah Manael.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat