Kuota BBM subsidi 2014 tersisa sedikit



JAKARTA. Kekhawatiran pemerintah bahwa penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan melebihi kuota anggaran 2014 perlahan mulai sirna. Hitungan Badan Pengatur Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), kuota BBM bersubsidi mencukupi hingga akhir tahun. Bahkan, malah akan ada sisa anggaran dan kuota. 

Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, penggunaan BBM bersubsidi per 18 Desember 2014 sudah mencapai 45,2 juta kiloliter (kl). Angka ini masih kurang dari  kuota Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebanyak 46 juta kl. 

"Dari kuota yang ada, masih tersisa sekitar 1,7% atau hampir 800.000 kl," jelas Andi, usai rapat di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Senin (22/12).


Perhitungan Andi, kuota yang tersisa akan mencukupi kebutuhan BBM bersubsidi secara umum sampai akhir tahun. Bahkan, kemungkinan malah sisa, meski,  hanya sedikit.

Diperkirakan, BBM bersubsidi yang mengalami sisa ialah BBM bersubsidi jenis premium. Soalnya, pasca kenaikan harga BBM bersubsidi pada 18 November 2014, masyarakat kini beralih ke BBM non subsidi. 

Pertamina mencatat, pekan pertama pasca kenaikan harga, penggunaan pertamax melonjak 237%. Biasanya, penjualan pertamax sebanyak 2.200 kl, tapi setelah 18 November melonjak menjadi 5.219 kl per hari. Sedangkan minyak tanah masih sesuai jatah subsidi. "Penggunaan solar agak berlebih, kuotanya mungkin tidak mencukupi," terang Andi.

Untuk mencukupi kebutuhan solar hingga akhir tahun, akan dilakukan subsidi silang. Dana dan kuota Premium yang tersisa akan dialihkan untuk memenuhi kekurangan solar subsidi.  Menurut Andi, secara aturan ini subsidi silang ini sah-sah saja. Soalnya, Undang-Undang APBN hanya mengatur bahwa penyaluran BBM bersubsidi tak boleh melebihi kuota dan anggaran.

Dalam mekanisme subsidi silang, Pertamina hanya perlu melapor ke BPH Migas melalui surat permohonan. "Seperti tahun 2012-2013, itu pernah dilakukan di Kalimantan," tandas Andi. Tiga opsi subsidi tetap

Kementerian Keuangan (Kemkeu) pun menghitung, anggaran subsidi BBM tahun ini bakal sisa sekitar Rp 1 triliun-Rp 2 triliun. Ini lantaran harga minyak dunia anjlok. Pada perdagangan Senin (22/12), harga minyak WTI di bursa NYMEX untuk pengiriman Februari 2015 sebesar US$ 57,65 per barel. Tahun ini harga minyak mencapai titik tertinggi sebesar US$ 101,18 per barel pada 25 Juni.

Ke depan, harga minyak diyakini masih akan di bawah US$ 60 per barel. Walhasil, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) yang menjadi patokan penentuan harga BBM bersubsidi pun akan turun. 

Di APBN 2015, pemerintah menetapkan ICP US$ 105 per barel. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro bilang, ICP di RAPBNP 2015 akan diturunkan di bawah US$ 100 per barel. 

Oleh karena itu, subsidi BBM tahun depan juga bakal lebih hemat lagi. Di APBN 2015, anggaran subsidi BBM sebesar Rp 276,1 triliun. "Kemungkinan akan berkurang sekitar Rp 140 triliun," jelas Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. 

Selain faktor harga minyak, penurunan itu juga imbas rencana pemerintah menerapkan skema subsidi tetap. Pemerintah ingin membatasi subsidi BBM dalam besaran tertentu setiap liternya. Selama ini, penyaluran subsidi BBM menggunakan skema kuota.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Andrinof Chaniago menegaskan, rencana subsidi tetap sudah masuk dalam Rancangan APBN Perubahan 2015. Pemerintah menyiapkan tiga skenario, yakni dengan subsidi tetap per liter  Rp 2.000, Rp 1.500, dan Rp 1.000. Andrinof masih merahasiakan pilihan pemerintah. Namun, menurutnya subsidi BBM di 2015 hanya Rp 70 triliun. Hitungan KONTAN, subsidi tetap sekitar Rp 2.000- Rp 1.500 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto