Kupon global bond korporasi lokal lebih tinggi



JAKARTA. Obligasi korporasi Indonesia berdenominasi dollar Amerika Serikat masih menjadi investasi alternatif menarik bagi investor. Sebab, analis melihat, kupon obligasi korporasi lokal tersebut lebih tinggi ketimbang di negara lain. "Global bond korporasi Indonesia tentu menarik apalagi bagi investor dari AS, Jepang, dan Eropa. Sebab, kuponnya jauh lebih tinggi dari korporasi di negara tersebut," kata analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga, Selasa (3/5).Analis obligasi Fakhrul Aufa juga sepakat. "Selain itu, global bond korporasi juga menjadi alternatif untuk diversifikasi produk terutama di emerging market," ujar Fakhrul.Kupon yang tinggi ini karena global bond korporasi berisikonya lebih tinggi dibandingkan global bond pemerintah. Risiko produk ini semakin meningkat seiring pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Risikonya semakin tinggi bila perusahaan penerbit obligasi ini berpenghasilan dalam mata uang rupiah. Pasalnya, cost of fund yang harus dikeluarkan oleh emiten untuk membayar kupon akan semakin membengkak karena kupon harus dibayarkan dalam bentuk dollar Amerika Serikat. Akibatnya, risiko gagal bayar juga semakin meningkat.Selain itu, investor juga harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli global bond saat pelemahan rupiah. "Namun bagi investor global risikonya tidak terlalu besar karena emiten tetap harus membayar bunga dalam bentuk dollar Amerika Serikat," katanya.Sekedar informasi,nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melemah dalam sepekan terakhir. Kurs jual Bank Indonesia menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah di kisaran Rp 11.865 per dollar AS pada 3 Juni 2014 dibandingkan 26 Mei 2014 lalu yang sekitar Rp 11.691 per dollar AS.Desmon mengatakan seluruh risiko investasi global bond sudah tercermin dari peringkat yang disematkan oleh lembaga pemeringkat. Untuk meminimalisasi risiko, investor bisa masuk ke global bond dengan rating minimal BBB-. Selain itu, investor juga perlu melakukan analisis terhadap profil risiko emiten penerbit. "Kalau emiten penerbit pernah menglami default,maka sebaiknya dihindari," ujarnya.Beberapa perusahaan berniat menerbitkan global bond tahun ini. Seperti, PT Pertamina yang berencana menerbitkan global bond senilai US$ 1,5 miliar. Surat utang tersebut berjangka waktu 30 tahun dan akan jatuh tempo 2044.Selain itu, PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) juga akan menerbitkan surat utang dalam waktu dekat. Perseroan melalui anak usahanya yang berbasis di Singapura, Trikomsel Pte Ltd akan menerbitkan notes sebesar US$ 100 juta atau setara Rp 962,79 miliar.Surat utang ini memiliki tenor tiga tahun dan bakal jatuh tempo pada 5 Juni 2017 mendatang. Adapun bunganya dipatok sebesar 7,875% per tahun dan akan dibayarkan setiap enam bulanan. Nantinya, notes ini bakal dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited.Kemudian, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) akan menerbitkan global bond senilai US$ 1,35 miliar atau sekitar Rp 15,52 triliun dengan kupon yang diberikan mencapai 5,125%. Adapun, obligasi ini memiliki tenor 10 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can