Kupon Obligasi Korporasi diprediksi kian menarik



JAKARTA. Tawaran kupon obligasi korporasi diperkirakan akan semakin menarik semester II ini. Analis memprediksi bakal ada kenaikan kupon seiring melonjaknya yield surat utang negara (SUN) yang menjadi acuan penerbitan obligasi korporasi.

Dua perusahaan sektor keuangan, yakni PT Mandiri Tunas Finance (MTF) serta PT Sarana Multigriya Financial (SMF) berencana menerbitkan obligasi senilai total RP 3 triliun semester II.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie memperkirakan yield SUN masih dibayangi sejumlah tekanan seperti depresiasi rupiah, devaluasi mata uang Yuan, rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau Fed rate, serta serapan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang belum maksimal di semester II.


"Tingkat kupon obligasi ditetapkan oleh kisaran risk free yang diperoleh dari yield SUN. Sehingga, apabila terdapat potensi kenaikan yield SUN di semester II, maka secara otomatis kupon obligasi korporasi ikut terkerek naik," tutur Roby, Kamis (20/8).

Selain itu, kupon juga ditetapkan berdasarkan risk premium atau imbal hasil tambahan yang diminta oleh investor. Faktor ini dipengaruhi oleh kondisi industri dan masing-masing emiten. "Biasanya tercermin dari rating dan juga bagaimana persepsi investor terhadap risiko yang akan ada," tutur Rooby.

Fixed Income Analyst PT Samuel Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus menambahkan bisnis dari kedua perusahaan tersebut tengah tertekan. Di mana, kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) terancam mengalami kenaikan akibat tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate yang mengerek kenaikan suku bunga pinjaman.

Di sisi lain, melemahnya daya beli masyarakat juga ikut mendorong sepinya kredit. Akibatnya, bisnis perusahaan ikut lesu dan mendorong penurunan pendapatan. Kondisi tersebut menyebabkan obligasi menjadi kurang menarik sehingga investor akan meminta kupon tinggi.

Sementara itu, Obligasi pemerintah terdepresiasi cukup dalam akibat krisis Yunani dan devaluasi Yuan. "Tentu akan mendorong kedua perusahaan ini untuk memberikan kupon lebih tinggi di bandingkan sebelumnya yang telah di luncurkan," kata dia.

Tambah utang luar negeri

Nico mengatakan kenaikan kupon akan mendorong cost of fund perusahaan menjadi lebih tinggi. Perusahaan harus membayar kupon yang cukup tinggi. "Di satu sisi, perusahaan juga harus menyalurkan kredit kepada masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang sedang sulit," kata Nico.

Analisis Nico, kondisi ini juga memicu emiten penerbit mencari alternatif pembiayaan lain berupa pinjaman dari luar negeri.

"Yang berbahaya adalah ketika perusahaan meminjam dalam bentuk dollar Amerika Serikat namun pendapatan dalam Rupiah. Bagi Perusahaan Leasing seperti ini, pendanaan akan terus di butuhkan. Namun masalahnya, ke mana lagi harus menyalurkan ketika masyarakat enggan untuk kredit," papar Nico.

Vice President Investment Quant Kapital Investama mengatakan melemahnya ekonomi mengakibatkan emiten menahan diri untuk melakukan ekspansi. Sehingga, penerbitan obligasi kian sepi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto