Kupon obligasi korporasi kian mengecil



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Senjak suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) turun, kupon obligasi korporasi pun cenderung mengecil.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan memberi contoh, pada obligasi korporasi dengan rating AAA sebelum pemangkasan suku bunga tren kupon berada di kisaran 7%-8%. Sedangkan, saat ini level kupon obligasi tersebut jadi berkisar 7,25%-7,75%.

Kupon tersebut berlaku bagi obligasi bertenor lima tahun. "Jadi memang tren kupon obligasi korporasi sedang mengalami penurunan," kata Ariawan, Selasa (24/10).


Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro sepakat. Menurutnya, sejak suku bunga acuan BI turun,  rata-rata penerbitan kupon obligasi terus menunjukkan penurunan, bahkan sejak 2014. "Rata-rata kupon obligasi korporasi yang diterbitkan tahun 2014 sebesar 10,48%," katanya, Selasa (24/10).

Lanjut Nico, rata-rata kupon obligasi korporasi tahun 2015 sebesar 10,01%, lalu 2016 sebesar 9,11% dan 2017 secara year to date 20 Oktober 2017 sebesar 8,7%. Menurutnya, penurunan suku bunga sanggup meningkatkan persepsi positif pasar terhadap kestabilan ekonomi domestik. Apalagi saat ini kondisinya tengah dibayangi tekanan global, sehingga hal ini memicu penurunan kupon dan yield obligasi pemerintah maupun korporasi.

Sementara, kemungkinan kenaikan The Fed rate pada Desember mendatang diperkirakan sudah sesuai dengan konsensus pasar sehingga diperkirakan tidak akan menimbulkan gejolak yang cukup berarti di pasar. "Pelaku pasar justru akan concern pada proses pemilihan gubernur The Fed yang baru dan bagaimana arah kebijakan selanjutnya dari The Fed pasca berjalannya proses reformasi pajak dan perbaikan ekonomi AS," papar Nico.

Ariawan mengatakan bila suku bunag The Fed naik, maka tahun depan peluang kenaikan yield akan terbuka. "Kenaikan suku bunga AS membuat yield US Treasury dan yield secara global termasuk Indonesia terbuka untuk naik," ungkapnya.

Namun, potensi kenaikan yield surat utang Indonesia tidak akan begitu signifikan, karena didukung kondisi makro domestik yang cukup kuat. Inflasi berada di level rendah, pertumbuhan ekonomi diprediksi meningkat, dan nilai tukar rupiah stabil. Ditambah, daya tarik investor asing pada surat utang Indonesia cukup besar.

Ariawan memperkirakan yiled SUN dengan tenor 10 tahun di akhir tahun mencapai 6,68%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini