JAKARTA. Pasca pidato pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), penawaran kupon obligasi korporasi terkerek. PT Mandiri Tunas Finance (MTF), salah satunya, menawarkan kupon 7,35% hingga 7,40% untuk obligasi berkelanjutan I tahap I senilai Rp 500 miliar. Obligasi ini diterbitkan dalam dua seri, yakni seri A bertenor 36 bulan ditawarkan dengan kupon 7,35%-8,15% dan seri B bertenor 48 bulan ditawarkan dengan kupon 7,40%-8,20%. "Obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan I senilai total Rp 1,25 triliun. Untuk tahap I ini kami keluarkan Rp 500 miliar," kata Dadang Suryanto, Direktur PT Mandiri Sekuritas, penjamin emisi hajatan ini, Rabu (1/5). Kisaran kupon tersebut lebih tinggi ketimbang Toyota Astra Financial Services (TAF) yang ditawarkan sekitar 7,25%-8,25% untuk tenor 36 bulan dan 7,25%-8,25% untuk tenor 48 bulan. TAF menggelar penawaran awal obligasi 16-30 April 2013.
Dadang mengakui, penghitungan kupon kedua obligasi tersebut dilakukan dalam kondisi yang berbeda. Obligasi TAF ditetapkan saat keputusan kenaikan harga BBM masih belum dipastikan. Sedangkan waktu peluncuran obligasi MTF terjadi setelah pemerintah mengumumkan harga BBM. Kisaran kupon yang lebih tinggi tersebut sebagai pemanis untuk menggaet investor. "Tetapi mudah-mudahan kupon finalnya nanti tidak jauh berbeda," kata Dadang. Sekadar informasi, Mandiri Sekuritas juga menjadi penjamin emisi obligasi TAF. MTF memperoleh peringkat AA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia. Obligasi MTF dijamin dengan jaminan fidusia berupa piutang lancar sekurang-kurangnya 60% dari nilai pokok obligasi terutang. MTF akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi untuk pembiayaan kendaraan bermotor. Masa penawaran awal obligasi
multifinance ini berlangsung 1-6 Mei 2013. Analis PT Millenium Danatama Desmon Silitonga mengatakan, kenaikan harga BBM akan berdampak pada perubahan kalkulasi kupon. Desmon menduga, obligasi MTF akan ditetapkan dengan kisaran maksimal. Ia memprediksi, MTF akan mematok kupon 7,6%-8% untuk tenor 36 tahun dan antara 7,7%-8,2% untuk tenor 48 bulan. "Kalau BI rate naik 25 basis poin akibat inflasi kemungkinan kupon akan mendekati kisaran maksimal," ujar Desmon. Desmon mengatakan, obligasi ini cukup menarik bagi investor. Selain kuponnya yang relatif tinggi, peringkat obligasi juga berada di
investment grade. "Selain itu, investor juga melihat kondisi aliran kas dan likuiditas penerbit obligasi," tutur Desmon. Perusahaan lain yang berencana menerbitkan obligasi, yakni pengembang properti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) sekitar Rp 1 triliun. Obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan I dengan total penerbitan Rp 3 triliun. Tahun lalu, BSDE telah menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap I senilai Rp 1,5 triliun. "Kemungkinan bisa Juni atau paling cepat kuartal III," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan BSDE Hermawan Wijaya. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga akan menerbitkan obligasi sebesar Rp2,5 triliun tahun ini.
Head of Fixed Income BCA Sekuritas Herdi Ranu Wibowo memperkirakan, kupon penerbitan obligasi korporasi berpotensi terkerek 10 basis poin hingga 25 basis poin setelah pengumuman kenaikan harga BBM. Menurut dia, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi investor untuk masuk ke obligasi korporasi. "Saat ini obligasi korporasi menarik karena
pricing untuk kupon obligasi sebenarnya sudah memasukkan ekspektasi inflasi," ujar Herdi. Analis NC Securities I Made Adi Saputra sepakat. Menurut dia, terdapat indikasi kenaikan kupon obligasi korporasi agar menarik investor. "Saya melihat kupon yang ditawarkan oleh emiten menarik sehingga masih akan direspon positif investor," kata Made.
Pasokan Obligasi Korporasi |
Perusahaan | Nilai (Rp miliar) |
Bumi Serpong Damai | 500-1.000 |
Agung Podomoro Land | 2.500 |
MNC Capital | 500 |
Nippon Indosari Corpindo | 500 |
Jasa Marga | 2.100 |
Batavia Prosperindo Finance | 300 |
Tifa Finance | - |
Citra Marga Nusaphala Persada | 1.200 |
sumber: Riset KONTAN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati