Kupon ORI 7,59%, Investor Terkejut



JAKARTA. Pemerintah, akhirnya, menetapkan bunga atau kupon Obligasi Negara Ritel (ORI) tahun 2010 seri 007 sebesar 7,95%. Sejumlah pelaku pasar mengaku terkejut dengan angka ini karena lebih rendah daripada ekspektasi mereka.

Heru Helbianto, Head of Debt Capital Market NC Securities berpendapat, kupon ORI007 yang dipatok pemerintah itu memang di luar ekspektasi para investor. "Memang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito per orang, tapi tak terlalu menarik jika dibandingkan dengan bunga deposito spesial," kata Heru, kemarin.

Senada, Inkawan D. Jusi, Senior Vice President Wealth Management Group PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengaku terkejut dan sedikit kecewa dengan penetapan kupon tersebut. "Sebelumnya kami memiliki ekspektasi, kupon tersebut lebih besar dari 8%," ujar Inkawan.

Menurut Inkawan, semula pihaknya berencana menjual ORI007 sebesar Rp 800 miliar. Namun dengan kondisi seperti ini, tak tertutup kemungkinan akan ada peninjauan kembali terhadap target yang telah ditetapkan.

Bisa berburu di pasar sekunder

Bagaimana pun, besaran kupon sudah ditetapkan oleh pemerintah. Kendati di bawah ekspektasi, analis menilai, ORI007 masih layak untuk dikoleksi.

Menurut Heru, ORI masih layak menjadi alternatif investasi bagi masyarakat lantaran risikonya rendah. Karena itu, ia meramal, permintaan yang masuk untuk ORI007 akan melewati target indikatif Rp 5 triliun alias oversubscribed.

Bila investor tidak bisa mendapatkan di pasar primer, pasar sekunder masih bisa menjadi harapan berikutnya. Tapi, investor sebaiknya menunggu sampai harganya sedikit turun. "Harga obligasi ke depan dalam potensi tertekan," kata Heru.

Heru memperkirakan, angka inflasi ke depan yang diprediksi cukup tinggi akan mengerek suku bunga Bank Indonesia (BI Rate). "Pilihannya adalah kenaikan tingkat suku bunga, yang artinya yield obligasi akan naik (dan harganya turun)," tandasnya.

Tapi, memburu ORI di pasar sekunder tak mudah. Investor umumnya memegang efek ini hingga jatuh tempo. "Jadi, kalaupun ada yang ingin mencari di pasar sekunder dengan jumlah yang besar, barangnya bakal sangat langka," kata Heru lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie