JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) berencana menerbitkan surat berharga syariah negara atau sukuk ritel. Sukuk ritel bertajuk SR006 ini akan mulai ditawarkan Februari 2014. Dirjen Pengelolaan Utang DJPU, Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan menargetkan penerbitan sukuk pada semester I-2014. Ia berharap, kekhawatiran mengenai
tapering atau pengurangan stimulus di Amerika Serikat (AS) tak lagi berdampak signifikan terhadap kupon sukuk ritel. Sebab, saat ini imbal hasil surat utang negara (SUN) seri acuan telah melambung. "Mudah-mudahan kalau
tapering terjadi, kupon bisa turun," ucap Robert, Jumat (22/11).
Direktur Pembiayaan Syariah DJPU Dahlan Siamat mengatakan, saat ini pihaknya tengah menyeleksi konsultan hukum untuk penawaran sukuk ritel SR006. Penunjukkan resmi agen penjual diumumkan pada Januari 2014. Penawaran sukuk ritel dijadwalkan pada bulan Februari 2014 dan
settlement pada Maret 2014. "Besaran sukuk ritel yang akan diterbitkan kurang lebih sama dengan tahun ini. Imbal hasil belum ditentukan," papar Dahlan kepada KONTAN. Sekadar mengingatkan, tahun lalu pemerintah menerbitkan sukuk ritel seri SR005 dengan total nilai Rp 14,97 triliun. Sukuk ini bertenor tiga tahun dengan kupon 6%.
Head of Debt Research PT Danareksa Sekuritas Yudistira Slamet menilai, momentum penerbitan sukuk ritel pada bulan Februari akan terganjal tingkat inflasi. Sebab, secara historis, tingkat inflasi Februari hingga Maret naik. Menurut dia, faktor domestik ini lebih berpengaruh terhadap penetapan kupon dibanding berkembangnya pengurangan stimulus ekonomi di AS.Yudistira bilang, tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) sebesar 7,3% masih tergolong tinggi.
Tapering baru akan mencemaskan apabila tingkat pengangguran AS dapat ditekan di bawah level 7%. Di sisi lain, perkiraan tingginya inflasi berpotensi mengerek suku bunga acuan BI rate lebih tinggi lagi dari posisi saat ini di 7,5%. Jika hal itu terjadi, maka kupon sukuk ritel harus memberi premium tinggi. "Kupon yang menarik itu setidaknya 8,5%. Tentunya akan sangat bergantung pada berapa
yield SUN saat itu," ujar Yudistira. Hingga akhir pekan lalu, imbal hasil SUN seri FR0060 yang jatuh tempo pada April 2017 masih naik ke posisi 7,82%. Imbal hasil ini masih naik ketimbang sebulan sebelumnya di posisi 6,88%. Yudistira menduga, investor akan meminta kupon di level 9%. Sedangkan pemerintah akan menawarkan di level 8,5%. Kemungkinan, kupon akan berada di level 8,75%.
Yudistira optimistis, sukuk ritel akan laris manis seperti obligasi ritel negara (ORI), Oktober lalu. Sebab, saat ini, instrumen surat utang yang tersedia bagi ritel masih sangat sedikit sehingga begitu ada pasokan, langsung mendapat respons positif. Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, kupon sukuk ritel yang menarik di angka 8,5%. Menurut Lana, investor ritel akan mengacu pada kupon ORI010 dengan kupon yang sama. Naik atau turun kupon ini bergantung pada kejelasan arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Apabila rapat The Fed pada Desember 2013 mengumumkan kapan dilakukannya
tapering dan berapa besarnya, maka kupon sukuk ritel bisa lebih rendah. "Jika masih belum jelas, Bank Indonesia akan mempertimbangkan kenaikan BI rate lagi yang berdampak pada naiknya kupon," tandas Lana. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati