KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar obligasi korporasi terlihat mulai bangkit di tahun ini. Indikasinya tercermin dari Indobex Corporate Bond Total Return, indeks yang mengukur kinerja obligasi korporasi yang naik 13,19% secara
year to date ke level 381,4274 hingga Senin (11/7). Direktur & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan obligasi korporasi pada tahun ini punya prospek yang menarik. Kinerja obligasi korporasi pada tahun didorong perbaikan ekonomi serta iklim suku bunga rendah. “Obligasi korporasi makin marak dan ramai. Dengan kondisi suku bunga yang masih rendah maka investor mencari pilihan investasi yang dapat memberikan yield yang lebik menarik,” kata Ezra kepada Kontan.co.id, Senin (11/7).
Baca Juga: Surat Utang Korporasi Tenor Pendek Paling Ramai Diterbitkan di Semester I-2022 Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, dari sisi penerbitan obligasi korporasi di bulan Juli sudah ada sekitar 19 emisi. Jadi sudah cukup ramai lantaran aktivitas ekonomi sudah mulai membaik. "Karena aktivitas ekonomi sudah mulai dibuka dan para emiten yang selama ini menunda untuk ekspansi dan project baru, kini mereka sekarang sudah mulai membuka pendanaan untuk ekspansi. Makanya mulai relatif ramai obligasi korporasi," kata Wawan. Ezra menambahkan, dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi diperkirakan penerbitan obligasi akan naik seiring dengan kebutuhan korporasi untuk ekspansi/modal kerja. Ia bilang, yield yang di atas obligasi pemerintah membuat obligasi korporasi menarik bagi investor. "Kami di MAMI berinvestasi di obligasi korporasi berkualitas tinggi yang memiliki fundamental kuat dan kapabilitas tinggi untuk membayar hutang kembali," tutur Ezra. Senada, Wawan mengatakan, obligasi korporasi masih menarik karena kupon yang ditawarkan relatif tinggi. Kupon obligasi korporasi yang terbit di bulan Juli saja dengan peringkat AA sekitar 7%-8%, rating AAA sekitar 7% dan peringkat single A bahkan bisa 11%. "Menurut saya kalau dari kupon yang ditawarkan sangat menarik sekali sepanjang emiten dipandang mempunyai prospek dan fundamental keuangan cukup baik saya rasa bisa diterima juga oleh investor," kata Wawan. Menurut Wawan, besaran kupon obligasi korporasi dengan peringkat sama saat ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Ia mencontohkan, kupon obligasi korporasi dengan perngkat single A pada tahun lalu rata-rata di 7%-8%. Sekarang kuponnya bisa di atas 10%. "Semakin rendah ratingnya semakin tinggi yield yang ditawarkan meskipun suku bunga belum naik," ujar Wawan. Wawan bilang, sentimen yang dapat menopang obligasi korporasi berasal dari sisi pertumbuhan ekonomi dan dibukanya aktivitas masyarakat sehingga memberikan keyakinan lebih kepada investor untuk investasi di obligasi korporasi. Sementara yang dapat menghambat obligasi korporasi berasal dari kebijakan PPKM kembali dan tingginya kasus Covid-19 sehingga bisa menunda penerbitan obligasi. Ganjalan lain adalah kenaikan suku bunga dan kurs rupiah yang melemah karena membuat penerbitan obligasi korporasi tertunda.
Wawan mengatakan, untuk para investor yang ingin melakukan investasi di obligasi korporasi harus melihat risiko kredit perusahaan, likuiditas perusahaan dan kupon yang ditawarkan menarik atau tidak. "Kalau bicara obligasi korporasi tingkat risiko kredit kesehatan harus dilihat. Apakah emiten mempunyai aset untuk membayar utangnya. Misal kalau utangnya sampai 5X modal perusahaan berarti risikonya besar sekali," ucap Wawan.
Baca Juga: Tiga Obligasi dan Dua Sukuk Tercatat Pekan Ini, Nilai Emisi 2022 Mencapai Rp 72,85 Tr Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat