KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penerbitan obligasi dan sukuk korporasi masih lesu di lima bulan pertama tahun 2023. Lesunya penerbitan obligasi disinyalir akibat suku bunga acuan yang juga relatif lebih tinggi sehingga biaya penerbitan surat utang relatif lebih mahal. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga pekan keempat April 2023 jumlah penerbitan obligasi dan sukuk korporasi sebanyak 30 emisi dengan nilai Rp 33,74 triliun. Pada periode yang sama tahun 2022, penerbitan obligasi dan sukuk korporasi sebanyak 47 emisi dengan nilai Rp 58,19 triliun. Ekonom Pefindo Suhindarto menjelaskan, secara umum kupon dari surat utang korporasi yang diterbitkan hingga akhir April 2023, rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2022 yang lalu.
Persentase kupon yang relatif lebih tinggi di tahun 2023 ini disebabkan oleh suku bunga acuan yang juga relatif lebih tinggi daripada tahun sebelumnya, yang kemudian membuat
yield benchmark (surat utang pemerintah) meningkat. Tercatat hingga pertengahan tahun lalu, suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) masih berada di level 3,50%. Sementara di tahun ini, sejak bulan Januari suku bunga acuan berada di angka 5,75%, atau telah meningkat sebanyak 225bps untuk menurunkan inflasi.
Baca Juga: Bank Mandiri Terbitkan Green Bond Tahap I 2023 dengan Target Rp 5 Triliun "Hal inilah yang kemudian membuat kupon dari surat utang korporasi yang diterbitkan di tahun ini relatif lebih tinggi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/5). Lebih jauh, Suhindarto memaparkan secara rata-rata kupon untuk hampir seluruh surat utang dengan peringkat AAA hingga BBB untuk tenor 1, 3, dan 5 tahun mengalami peningkatan di tahun 2023. Hanya surat utang dengan peringkat AAA tenor 5 tahun turun dari 7,1% menjadi 6,9%, surat utang dengan peringkat A tenor 3 tahun turun tipis dari 8,9% menjadi 8,8%. Peningkatan kupon tersebut secara umum disebabkan karena
yield benchmark yang meningkat akibat suku bunga acuan yang relatif lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Dicontohkan, yield surat utang pemerintah untuk tenor acuan dengan tenor 1 tahun meningkat dari posisi 5,643% di akhir tahun lalu menjadi 6,054% di akhir April 2023. Kemudian untuk benchmark surat utang pemerintah tenor acuan 5 tahun, meningkat dari 6,204% di akhir Desember 2022 lalu menjadi 6,279% di akhir April 2023 ini. "Hal ini yang kemudian membuat kupon relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu," paparnya. Selain itu, ada faktor premi risiko. Menurutnya, meski perekonomian tumbuh solid, yang artinya kinerja bisnis emiten tetap bagus, tetapi kenaikan suku bunga turut mendorong peningkatan
leverage keuangan. Bisnis harus menghadapi biaya dana yang lebih tinggi. "
Leverage yang lebih tinggi kemudian mendorong investor meminta premi yang tinggi, membuatnya sulit untuk turun," sambungnya.
Baca Juga: Sederet Emiten Akan Menggelar Rights Issue, Simak Rekomendasi dari Analis Berikut Ini Dari pergerakan tersebut, pada sisi emiten maka peningkatan kupon dibandingkan dengan kondisi di tahun lalu akan membuat biaya menerbitkan surat utang relatif lebih mahal. Hal ini kemudian akan membuat perusahaan cenderung lebih memilih untuk mencari pendanaan dari sumber lain, seperti pinjaman perbankan ataupun melakukan
downsizing dari rencana nilai penerbitan sebelumnya. Bahkan ia menilai, bisa saja dimungkinkan perusahaan akan menunda penerbitan surat utang yang tujuannya untuk ekspansi/modal kerja dan jika memiliki surat utang yang jatuh tempo perusahaan dinilai akan lebih cenderung untuk melunasi pokok dan kupon surat utangnya ketika memiliki likuiditas yang berlebih. Sementara dari sisi investor, kenaikan kupon di tahun ini merupakan peluang yang baik untuk menanamkan dananya. Sebab, investor akan mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Sejauh ini, imbal hasil yang ditawarkan oleh surat utang korporasi relatif lebih menarik jika dibandingkan dengan berinvestasi pada instrumen lainnya seperti saham maupun deposito," katanya. Suhindarto juga memperkirakan bahwa kupon surat utang korporasi ke depan masih tidak akan banyak berubah, seiring dengan suku bunga acuan yang masih dijaga di tingkat 5,75%. Dengan inflasi yang meskipun terus mengalami penurunan namun masih berada di atas target bank sentral, pihaknya mengekspektasikan bahwa tingkat suku bunga akan terus dijaga di level saat ini hingga akhir tahun. "Oleh karenanya, kami melihat bahwa jika dibandingkan dengan kondisi di tahun sebelumnya, kupon untuk penerbitan surat utang korporasi di tahun ini masih akan relatif lebih tinggi," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari