Kupon TLKM masih menarik



JAKARTA. Perusahaan pelat merah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menawarkan obligasi senilai Rp 7 triliun. Masa penawaran dimulai 20 Mei hingga 4 Juni mendatang.

Penerbitan surat utang ini merupakan tahap pertama dari skema penawaran umum berkelanjutan senilai Rp 12 triliun. Pada tahap I, perusahaan pelat merah ini memecah menjadi empat seri.

Seri pertama bertenor 7 tahun dengan kupon 8,91%-10,16%. Seri kedua tenor 10 tahun dengan kupon 8,96%-10,31%. Lalu, seri ketiga bertenor 15 tahun mematok kupon 9,21%-11,01%. Terakhir tenor 30 tahun berkupon 9,55%-11,55%. Seri keempat merupakan obligasi korporasi pertama di Indonesia bertenor 30 tahun.


Direktur Keuangan TLKM, Heri Sunaryadi mengatakan,  penerbitan tenor 30 tahun ini dengan pertimbangan dana obligasi untuk pembangunan sejumlah infrastruktur TLKM yang bersifat jangka panjang. "Ini juga cocok untuk investor dana pensiun dan asuransi. Mereka juga butuh emisi obligasi dengan tenor panjang," ujarnya, Rabu (20/5).

Heri optimistis, nilai emisi Rp 7 triliun tersebut dapat terserap pasar. Menurutnya peringkat utang yang disandang obligasi TLKM yakni AAA dan kondisi keuangan perusahaan yang cukup sehat bakal menjadi nilai positif bagi investor.

Analis Millenium Danatama Indonesia Desmon Silitonga menilai, historis kinerja keuangan TLKM  yang tidak bermasalah menjadi nilai tambah bagi obligasi tersebut.

Baru-baru ini, PT Indosat Tbk (ISAT) juga menawarkan obligasi senilai Rp 2,68 triliun yang dipecah menjadi 5 seri. Dua di antaranya bertenor 7 tahun dan 10 tahun. Penawaran kupon Indosat lebih tinggi masing-masing 9 basis poin ketimbang obligasi TLKM.

Meski demikian, prediksi Desmon, hal tersebut tidak akan menyurutkan minat investor pada obligasi TLKM dengan pertimbangan kinerja keuangan TLKM lebih sehat. "Di satu sisi obligasi TLKM juga masih memberi rentang (spread) cukup lebar dengan Surat Utang Negara (SUN) bertenor sama," paparnya.

Sekadar gambaran, Selasa (19/5), yield SUN tenor 7 tahun sebesar 7,91%, dan tenor 10 tahun sekitar 8,03%.

Lanjut Desmon, langkah TLKM menerbitkan semua seri dengan tenor panjang sudah tepat lantaran menyesuaikan penggunaannya untuk sumber dana infrastruktur jangka panjang. Ini akan membuka peluang dana pensiun dan asuransi untuk masuk ke semua seri. Tapi, di sisi lain, hal ini berpotensi menutup minat investor berhorison jangka pendek, seperti bank dan manajer investasi.

BUMN mulai agresif

Dengan tawaran obligasi TLKM, sepanjang tahun ini, setidaknya sudah empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menawarkan surat utang. Tiga lainnya, yakni PT Pembangunan Perumahan, PT Pegadaian, dan PT Brantas Abipraya. Menurut Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan, emiten BUMN mulai agresif menawarkan obligasi demi memanfaatkan tren yield yang lebih rendah dibanding tahun lalu.

Banyaknya suplai menjadi kesempatan investor untuk mendiversifikasi portofolio ke efek obligasi terbitan BUMN.Ariawan mengingatkan,  meski  pelat merah, investor harus tetap mempertimbangkan peringkat utang. "Bisa disesuaikan  preferensi investasi investor. Bagi yang mengejar kupon bisa ambil peringkat tak terlalu tinggi. Tapi, jika ingin aman, ambil peringkat tinggi," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto